Futuuhul
ghaib
Mutiara karya Syeikh
Abdul Qadir Jailani
Tiga
hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, iaitu:
(1)
harus menjaga perintah-perintah Allah,
(2)
harus menghindar dari segala yang haram,
(3)
harus redha dengan takdir Yang Maha Kuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak,
memiliki tiga hal ini. Bererti, ia harus memutuskan untuk ini, dan berbicara
dengan diri sendiri tentang hal ini serta mengikat organ-organ tubuhnya dengan
ini.
Ikutilah
(Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, patuhilah selalu
kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan
melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya. Pertahankan
Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun.
Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah;
berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan
berpecah-belah. Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan dan
jangan ternoda olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu;
jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya.
Segeralah
bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam
memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang mahupun malam; (jika kamu berlaku
begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari
api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya,
bersama-sama bidadari di syurga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya;
mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria dengan hurhur bermata putih dan aneka
aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, dengan kurnia-kurnia
lainnya; termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, dan para
shaleh di syurga yang tinggi.
Apabila seorang hamba Allah
mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia coba mengatasinya dengan
upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya
kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal
ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi
Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia
mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian
pula bila ia berhasil kerana sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang
Khaliq.
Kemudian bila tak juga
memperolehi pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah,
dan terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan
harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia
letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewa
terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba
Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktiviti dan upaya
duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada
terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan
sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat
keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan
mata hati). Bahawa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali
Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan,
kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada
pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada
kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali kerana
ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia
bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat
pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya.
Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak
Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan
tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah
kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar
firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkurniailah dia dengan
kurnia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan
ini, ia menjadi mulia, redha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu
pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan
senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha
Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperolehi petunjuk dari-Nya,
berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan
diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju
kepada-Nya.
Apabila seorang hamba Allah
mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia cuba mengatasinya dengan
upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya
kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal
ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi
Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia
mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian
pula bila ia berhasil kerana sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang
Khaliq.
Kemudian bila tak juga memperolehi
pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus
demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap
cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia letih dalam
berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewa terhadap segala
sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini
berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktiviti dan upaya duniawi, dan
bertumpu pada rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada
terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan
sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat
keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan
mata hati). Bahawa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali
Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan,
kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada
pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada
kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali kerana
ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia
bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat
pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak
berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam
kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak
didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu
itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia
mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkurniailah dia
dengan kurnia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui
kedekatan ini, ia menjadi mulia, redha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan
bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia
rindu dan senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya,
Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperolehi petunjuk
dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar
dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju
kepada-Nya.
Bila kau melihat dunia ini,
berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala
bisa mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya
mematikan bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka
mengabaikan kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat
semua ini - berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya,
menonjolkan diri, dan kerananya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi
semacam itu) kau enggan memerhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau
busuk itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya,
palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari
kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang
bahagianmu menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman
kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada
beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji
mereka dengannya, dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).
Lenyaplah dari (pandangan)
manusia, dengan perintah Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga
kau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh
pemutusan diri sepenuhnya dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan
mereka. Tanda lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya
memperolehi sarana-sarana duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu
manfaat, menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan
peribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan
dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya
hanya kepada Allah, kerana Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana
kuasaNya, ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemahuanmu dengan
kehendakNya, ditandai dengan ketak-pernahan menentukan diri, ketakbertujuan,
ketakbutuhan, kerana tak satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, iaitu Allah.
Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi,
maka pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah
wajah dan rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat
berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa
menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam
mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana rohani, dan mendapatkanmu
sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.
Sesudah ini, kau selalu
berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah
bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau
terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu,
kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan adialami akan
ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal
sebenarnya dari Allah.
Maka kau diakui sebagai
orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau
diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan
sehari-hari. Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal
yang kusenangi dari dunia - wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat -
yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan
kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami
isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati demi
Aku."
Allah Yang Maha Tinggi
takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan
kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan
memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu
masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau
senantiasa patah-hati. Dengan cara begini Ia terus menciptakan kemahuan baru di
dalam dirimu, dan bila kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai
akhir hayat dan bertemu (liqa') dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: "
Aku bersama orang-orang yang putus asa demi Aku, " Dan makna kata:
"Kedirian masih maujud" ialah kemasih-kukuhan dan kemasih puasan
dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman
kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri
kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga
Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi
telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat,
dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia
berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan fana.
Maka Dia menyelamatkanmu
dari kejahatan makhluq-Nya, dan menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya;
sehingga kau menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan,
kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan
akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari
berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak
peribadi kepada kehendak Allah. Kerana itulah mereka disebut badal (sebuah kata
yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah). Bagi peribadi-peribadi
ini, menggabungkan kehendak peribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sedar dan berlindung kepada Tuhan, kerana tak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, kerana mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya dan menyedarkan mereka.
Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sedar dan berlindung kepada Tuhan, kerana tak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, kerana mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya dan menyedarkan mereka.
Keluarlah dari kedirian,
jauhilah dia, dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga
pintu hatimu, patuhilah senantiasa perintah-perintah-Nya, hormatilah
larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan
biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir
kedirian dari hati, haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak
pematuhan kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati,
bererti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan
menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan
kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu
membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Kerana itu, jagalah
perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam
segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun.
Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang musyrik. Allah
berfirman: "Barang siapa
mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal
saleh dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)
Kesyirikan tak hanya
penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan menyamakan segala yang ada di
dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab selain Allah adalah bukan
Tuhan. Bila kau tenggelamkan dalam sesuatu selain Allah bererti kau
menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan terlena. Maka dengan
menyendiri, akan diperolehi keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala
kemaujudan atau maqam-mu, berkat kau sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau
dalam keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab
dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud,
dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau
percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau
dimalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini dalam
lubuk hatimu, dan jangan perbincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu
terus maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur,
kesedaran dan pandangan. Allah berfirman: "Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu
ketahui bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2.Al Baqarah: 106)
Jangan menganggap Allah tak
berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap ketetapan-Nya tak sempurna, dan
jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur
dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang
dipraktikkan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam
kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, ia sering
mengatakan bahawa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah
tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahawa dalam sehari ia dibawa dari
satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai ia berada pada maqam
tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan
kepada Allah, kerana sebaik-baik seorang hamba iaitu berlindung dan berpaling
kepada Allah. Kerana, dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya,
dan inilah dua macam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala
keadaan kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 'bapak'
manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.
Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya
ke hal semua, dan beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia
dikurniai maqam di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat
kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat
peristirehatan abadi mereka. Maka, ikutilah Nabi Muhammad Saw., kekasih dan
pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih
Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa,
dan dalam hal bertawadhu' dalam segala keadaan kehidupan.
Bila kau berada dalam hal
tertentu, jangan mengharapkan hal yang lain, baik yang lebih tinggi mahupun
yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di pintu gerbang istana Raja, jangan
berkeinginan untuk masuk ke istana itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan
terpaksa ialah diperintah terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin
masuk, kerana mungkin saja Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau
benar-benar dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja
takkan menghukummu, kerana Dia sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum,
tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurang
ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau
harus masuk ke dalamnya kerana terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan
ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya
dengan sepenuh jiwa tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah
berfirman kepada Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua
matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka
sebagai hiasan hidup, untuk Kami uji mereka dengannya. Dan kurnia Tuhanmu lebih
baik dan abadi." (QS 20. Thaahaa: 131)
Dengan firman-Nya: "Dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri kurnia-kurnia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut: "Segala yang telah Aku kurniakan kepadamu - kebaikan, kenabian, ilmu, keredhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu - lebih baik dan lebih berharga berbanding semua yang Kuberikan kepada yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, kerana hal semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau tidak suka. Kerananya, sungguh tak patut, bila kekurang layakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahawa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah kami nyatakan, mesti sedar diri, tenang, dan baik-laku. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada mara bahaya.
Dengan firman-Nya: "Dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri kurnia-kurnia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut: "Segala yang telah Aku kurniakan kepadamu - kebaikan, kenabian, ilmu, keredhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu - lebih baik dan lebih berharga berbanding semua yang Kuberikan kepada yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, kerana hal semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau tidak suka. Kerananya, sungguh tak patut, bila kekurang layakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahawa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah kami nyatakan, mesti sedar diri, tenang, dan baik-laku. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada mara bahaya.
Maka, jangan menginginkan
perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak punya pilihan dalam masalah
ini, sebab hal itu mendorong ketak bersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan
cita semacam ini menjadikan terhina, baik di dunia mahupun di akhirat. Maka
berlakulah sebagamana yang telah kami nasihatkan kepadamu, sampai kau dikurnia
oleh Allah maqam yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan
isyaratnya. Kerana itu, tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu lepas
darinya. (Keadaan perubahan rohani) adalah milik para wali, sedang maqam
(peringkat rohani) adalah milik para badal.
KehendakNya terwujud,
secara kasyaf (penglihatan ruhani) dan musyahida (pengalaman-pengalaman
ruhani), pada para wali dan badal, yang tak terjangkau nalar manusia dan
kebiasaan. Perwujudan ini terbentuk: jalal (keagungan), dan jamal (keindahan).
Jalal menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian
menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan
bila Rasulullah shalat, dari hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di
dalam ketel, kerana intensiti ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau
akan Kekuasaan dan KebesaranNya. Diriwayatkan bahawa pilihan Allah, Nabi
Ibrahim as dan Umar sang Khalifah ra, juga mengalami keadaan yang serupa.
Mengalami perwujudan
keindahan Ilahi merupakan refleksiNya pada hati manusia yang mewujudkan nur,
keagungan, kata-kata manis, ucapan penuh kasih-sayang, dan kegembiraan atas
kelimpahan kurniaNya, maqam yang tinggi, dan keakraban denganNya -- yang
kepadaNya segala urusan mereka kembali -- dan atas takdir yang telah
ditetapkanNya jauh di masa lampau. Inilah kurnia dan rahmatNya, dan pengukuhan
atas mereka di dunia ini, sampai waktu tertentu. Ini dilakukan agar mereka tak
melampaui kadar cinta yang layak dalam keinginan mereka akan hal itu, dan
kerananya, hati mereka takkan berputus asa, kendati mereka jumpai berbagai
hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya ibadah mereka sampai datangnya
kematian. Ia melakukan ini berdasarkan kelembutan, kasih sayang dan kehormatan,
juga untuk melatih agar hati mereka lembut, kerana Dia bijaksana, mengetahui,
lembut terhadap mereka. Diriwayatkan, bahawa Nabi saw. Sering berkata kepada
Hadhrat Bilal sang muadzin: "Wahai Bilal, gembirakanlah hati kami,"
Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan agar beliau bisa shalat, guna
merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi, sebagaimana telah kita bicarakan.
Itulah sebabnya Nabi saw bersabda: "Dan mataku sejuk, bila aku
shalat."
Sungguh tiada sesuatu,
kecuali Allah, sedang dirimu adalah tandanya. Kedirian manusia bertentangan dengan
Allah. Segala suatu patuh kepada Allah dan milik Allah, demikian pula dengan
kedirian manusia, sebagai makhluk sekaligus milikNya. Kedirian manusia itu
pongah, darinya tumbuh dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan
kebenaran, dengan menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan
menjadi musuh dirimu sendiri. Allah telah bersabda kepada Nabi Daud as:
"Wahai Daud, Akulah tujuan hidupmu, yang tak mungkin kau elakkan.
Kerananya berpegang teguhlah kepada tujuan yang satu ini; beribadahlah
sebenar-benarnya, sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata kerana
Aku." Maka keakrabanmu dengan Allah dan pengabdianmu kepadaNya menjadi
kenyataan. Lalu kau peroleh bahagianmu nan suci sungguh menyenangkan. Dengan
demikian kau dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi dan takut
kepadamu, kerana semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras denganNya,
kerana Dia adalah Pencipta mereka, dan mereka mengabdi kepadaNya.
Firman Allah: "Dan tak
ada sesuatu pun melainkan bartasbih memujiNya, tetapi kamu tak mengerti tasbih
mereka." (QS 17:44). Maka segala sesuatu di alam raya ini menyedari
keredhaanNya, dan mentaati perintah-perintahNya. Allah Yang Maha Kuasa lagi
Maha Agung berfirman: "Lalu Ia berkata kepadanya dan kepada bumi,
'Hendaklah kamu berdua datang dengan suka ataupun terpaksa', Keduanya menjawab,
'Kami datang dengan suka hati.'" (QS 41:11). Jadi, segala pengabdian
kepadaNya terletak pada penentangan terhadap kedirian. Allah berfirman:
"Dan janganlah engkau turuti hawa nafsumu, kerana ia akan menyesatkanmu
dari jalan Allah." (QS 38:26). Ia juga berfirman: "Hindarilah hawa
nafsumu, kerana sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang menentangKu di seluruh
kerajaanKu, kecuali nafsu jasmani manusia." Suatu ketika Abu Yazid Bustami
bermimpi bertemu Allah, dan bertanya kepadaNya: "Bagaimana cara
menjumpaiMu ?" JawabNya: "Buanglah keakuanmu dan berpalinglah
kepadaKu". "Lalu", lanjut sang Sufi, "aku keluar dari
diriku bagai seekor ular keluar dari selongsong tubuhnya." Jadi, segala
kebajikan terletak pada memerangi kedirian dalam segala hal dan segala keadaan.
Kerana itu, jika berada pada kesalehan, tundukkanlah kedirian, hingga kau
terbebas dari hal-hal terlarang dan syubhah *) dari pertolongan mereka, dari
ketergantungan kepada mereka, dari rasa takut terhadap mereka atau dari rasa
iri terhadap milikan duniawi mereka. (* Syubhah: sesuatu yang meragukan ehwal
halal atau haramnya). Lalu jangan mengharapkan sesuatu dari mereka, baik
hadiah, kemurahan, atau pun sedekah. Kerananya bila kau bergaul dengan seorang
kaya, jangan mengharapkan kematiannya demi mewarisi hartanya,. Maka,
bebaskanlah dirimu dari ikatan makhluk, dan anggaplah mereka itu pintu gerbang
yang membuka dan menutup., atau pohon yang kadang berbuah dan kadang tidak.
Ketahuilah, peristiwa semacam itu terjadi oleh satu pelaksana, dirancang oleh
satu perancang, dan Dialah Allah, sehingga kau beriman pada Keesaan Allah.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tak menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahawa tak suatu pun terwujud, kecuali atas izin Allah Ta'ala. Kerana itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, kerana yang demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahawa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, bererti kau tak beriman, dan termasuk dalam golongan Qadariyyah. Hendaknya kau katakan, bahawa segala aksi makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan hukuman.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tak menjadi korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahawa tak suatu pun terwujud, kecuali atas izin Allah Ta'ala. Kerana itu, jangan Anda puja upaya manusiawi, kerana yang demikian ini melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahawa tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, bererti kau tak beriman, dan termasuk dalam golongan Qadariyyah. Hendaknya kau katakan, bahawa segala aksi makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan kepada kita lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala dan hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah
Allah yang berkenaan dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bahagianmu
sendiri dari mereka dengan perintahNya pula, dan jangan melampaui batas ini,
kerana hukum Allah itu pasti menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penentu
diri sendiri. Kemaujudanmu bersama mereka merupakan takdirNya. TakdirNya
merupakan 'kegelapan', maka masukilah 'kegelapan' ini dengan pelita sekaligus
penentu; iaitu Kitab Allah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul. Jangan tinggalkan
kedua-duanya. Tapi bila di dalam fikiranmu melintas suatu gagasan, atau kau
menerima ilham, maka tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati larangan dari Al Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham semacam itu. Yakinilah bahawa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan ilham itu - semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain - maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan dorongan haiwanimu, kerananya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati larangan dari Al Qur'an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham semacam itu. Yakinilah bahawa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan ilham itu - semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum, seperti makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain - maka jauhilah pula gagasan dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan dorongan haiwanimu, kerananya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya
larangan atau pembolehan di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang
kau terima, dan kau tak mengerti -semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu,
atau menemuhi seseorang yang saleh, padahal melalui kurnia ilmu dan pencerahan
dari Allah kepadamu, kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang
saleh itu maka bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan bertanyalah
kepada dirimu sendiri: "Benarkah ini ilham dari Allah dan mesti aku
laksanakan ?" Adalah Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham semacam itu, dan
memerintahkanmu untuk segera berupaya atau menyibakkan isyarat semacam itu bagi
para ahli hikmah - suatu isyarat yang hanya bisa dimengerti oleh para wali yang
arif dan para badal yang teguh. Kerana itu, kau mesti tak segera berbuat, sebab
kau tak tahu akibat dan tujuan akhir urusan, cubaan, bahaya dan sesuatu
rancangan ghaib dariNya.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau dihantarkn ke maqam itu, maka bila cubaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, kerana Allah takkan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri, namun Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal. Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh hambaNya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tak ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tak terwajibkan, dengan kata lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tak boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang bertalian dengannya. Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan diamnya menjadi demi Allah.
Maka bersabarlah, sampai Allah Sendiri melakukannya bagimu. Bila tindakan itu atas kehendakNya, dan kau dihantarkn ke maqam itu, maka bila cubaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, kerana Allah takkan menghukummu atas tindakan yang dikehendakiNya sendiri, namun Ia akan menghukummu atas keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan suatu hal.
Mentaati perintah itu meliputi dua hal. Pertama, mengambil dari sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu, dan mesti menghindari segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugas-tugasmu, dan ikatlah dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang tersembunyi. Kedua, berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh hambaNya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tak ada hukum yang jelas; yakni hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tak terwajibkan, dengan kata lain 'tak jelas', yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk bertindak, dan hal ini disebut mubah. Dalam hal ini tak boleh mengambil prakarsa, tetapi menunggu perintah yang bertalian dengannya. Bila menerima perintah itu, ia taati. Dengan demikian semua gerak dan diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan
hukumnya, ia bertindak selaras dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia
bertindak atas dasar perintah-perintah tersembunyi. Melalui ini, ia menjadi
seteguh orang memperolehi hakikat. Bila kau telah sampai pada kebenarannya
kebenaran, yang disebut pencelupan (mahwu) atau peleburan (fana), bererti kau
berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia, suatu keadaan yang dimiliki
muwahhid, orang yang tercerahkan ruhaninya, orang arif, yang adalah amir para
amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah dati Yang Maha Pengasih,
kepercayaanNya (alaihimussalam).
Untuk mentaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus terhindar dari segala kemahuan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau mayat yang dimandikan, atau pesakit tak sedarkan diri di hadapan sang doktor, dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
Untuk mentaati perintah, kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari ketergantungan kepada segala kemampuan dan kekuatan, dan mutlak harus terhindar dari segala kemahuan dan tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan abdi kerajaanNya, bukan abdi perintahNya, bukan pula abdi kedirian. Kau seperti bayi dalam asuhan alam, atau mayat yang dimandikan, atau pesakit tak sedarkan diri di hadapan sang doktor, dalam segala hal yang berada di luar wilayah perintah dan larangan.
Apabila
timbul di dalam benakmu keinginan untuk kahwin, padahal kau fakir dan miskin,
dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah senantiasa akan
kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti itu, atau yang
mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu,
(entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu
menanggung beban hidupmu itu, dengan mengurniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan
memudahkanmu di dunia dan akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mahu
bersyukur, kerana kesabaranmu dan keredhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka
ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa
menambah kurnia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya :
"Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Maka
bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada
perintah-perintah-Nya. Redhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah
akan redha dan kurnia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman: "Hanya
orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa
batas." (QS. Az Zumar : 10)
Apabila
Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari
kepatuhan kepadaNya, nescaya Ia memisahkanmu dari Nya di dunia dan di akhirat.
Mungkin juga Ia mencabut kurniaNya darimu, menjadikanmu papa dan melarat,
sebagai hukuman atas kepalinganmu dari Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan
kurniaNya.
Tetapi,
bila kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu,
Allah akan menambahkan kurniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan
menguranginya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. Kerana itu,
hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan hidup di akhirat
terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid, dan para shaleh.
Jangan
berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula berupaya menangkis datangnya
sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu jika ia sudah ditakdirkan
untukkmu, baik kau suka atau pun tak suka. Bencana akan menimpamu, jika itu
takdir bagimu, entah suka atau tak suka, dan kau cuba menangkisnya dengan do'a,
atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan hati demi mendapatkan
keredhaanNya.
Berpasrahlah
dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui dirimu. Jika itu suatu rahmat,
bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana, bersabarlah, atau cuba tumbuhkanlah
kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan keredhaanNya.
Atau cuba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang lain dalam perjalananmu menuju Allah, iaitu dalam upaya mentaati dan berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan dan penghampirannya, kerana panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran api neraka.
Atau cuba rasakanlah rahmatNya di dalam bencana ini, atau menyatulah sedapat mungkin denganNya lewat hal ini, lewat semua sarana spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke maqam yang lain dalam perjalananmu menuju Allah, iaitu dalam upaya mentaati dan berakrab dengan perintah sehingga kau dapat berjumpa dengan yang Maha Besar.
Lalu, kau ditempatkan di maqam yang sebelumnya telah dicapai oleh para Shiddiq, para syahid dan para shaleh. Maknanya, kau mencapai keakraban sedemikian rupa dengan Allah hingga memungkinkanmu melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang Agung, dan orang-orang yang dekat denganNya dan telah menerima segala kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan dan rahmat dariNya.
Biarkanlah bencana itu datang, dan jangan rintangi jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan dan penghampirannya, kerana panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran api neraka.
Mengenai
manusia terbaik, dan yang terbaik di atas bumi, dan di kolong langit ini,
Rasulullah Muhammad saw, diriwayatkan, bersabda: "Sungguh, api neraka akan
berseru kepada orang-orang beriman 'Wahai mu'min, cepatlah berlalu kerana
cahayamu mematikan nyala apiku' "
Nah,
bukanlah nur seorang mu'min yang mematikan nyala api neraka itu, adalah cahaya
yang kita temui padanya di dunia ini, dan yang membedakan yang patuh kepada
Allah dan yang kafir ? Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana. Sedang
kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada Allahlah yang memadamkan panas
yang bakal menimpamu.
Jadi,
bencana yang menimpamu bukanlah untuk menghancurkanmu, tapi mengujimu,
mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, dan memberimu secara
rohani, khabar baik dariNya tentang kehendakNya atasmu. Allah berfirman :
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar kami
nyatakan hal ehwal kalian. " (QS: 47:31).
Nah,
bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian sesuai dengan ketentuanNya
- dan hal ini berkat pertolonganNya - maka kau meski tetap bersabar, serasi
denganNya dan penuh taat kepadaNya. Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap
perintah dan laranganNya, baik oleh dirimu sendiri mahupun orang lain. Bila
datang perintahNya, dengarkanlah dengan saksama dan segeralah melaksanakannya.
Bertindaklah, jangan diam, jangan pasif di hadapan takdir Yang Maha Kuasa, tapi
curahkanlah kekuatanmu dan berupayalah memenuhi perintah itu.
Jika
kau tak mampu melaksanakan perintah itu, jangan membuang-buang waktu, segeralah
kembali kepada Allah. Berlindunglah kepadaNYa, rendahkanlah dirimu di
hadapanNYa, mohonlah ampunanNya. Cuba carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan
perintahNya, dan untuk terjauhkan dari berbangga atas kepatuhanmu kepadaNya.
Mungkin ketakmampuanmu ini disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh
sikap tak layakmu dalam kepatuhanmu kepadaNya atau oleh kebanggaanmu, atau oleh
kebertumpuanmu pada daya upayamu sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri menyekutukanNya
dengan dirimu sendiri atau dengan makhlukNya. Akibatnya, Ia menjauhkanmu dari
pintuNya dan menolak kepatuhanmu kepadaNYa. Lalu Ia tutup pintu pertolongan
bagimu, Ia palingkan kemurahan wajahNya dari dirimu. Ia menjadi marah kepadaMu,
dan menjauhkan diri darimu. DibiarkanNya, kau sibuk dengan cubaan-cubaanmu di
dunia ini, dengan kedirianmu. Tak tahukah kau, bahawa hal ini membuatmu lupa
akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatanNya, Ia yang telah menciptakanmu,
memeliharamu, dan mengurniaimu sedemikian banyak ni'mat. Waspadalah agar segala
sesuatu selain Allah ini tak memisahkanmu dariNya. Maka, jangan mengutamakan
sesuatu selain Allah, sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah
kepadaNya. Maka janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri, sehingga
disibukkan oleh segala yang bukan perintahNya. Yang demikian itu,
menjerumuskanmu ke dalam api neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan,
dan kau pasti menyesal, tapi penyesalanmu tiada guna dan kau berdalih, tapi
tiada dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada
pertolongan. Kau cuba menyenangkan Allah, tapi sia-sia.
Kau
minta dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan,
tapi sia-sia. Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk mengabdi
kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan ruhanimu, dan ilmu yang
dikurniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi lingkunganmu dengan cahaya ini
semua di tengah-tengah kehampaan tujuan. Pegang teguhlah semua perintah dan
larangan Allah, dan lewatilah, di bawah petunjuk keduanya, jalan menuju
Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan menumbuhkanmu. Jangan kufur ni'mat
kepadaNya, Ia yang telah menciptakanmu dari debu, dan dari setitis mani
dijadikanNya kau seorang manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan
perintahNya, dan jangan menganggap sesuatu itu buruk, bila tak tegas-tegas
diharamkanNya. Bila kau serasi dengan perintahNya, seluruh makhluk hormat
kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala
yang tak nampak lari menjauhimu, di manapun kau berada. Allah telah berfirman :
" Wahai bani Adam, Akulah Allah, tak ada ilah (sesembahan) selain Aku.
Bila Aku katakan 'Jadilah', maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, maka akan
Kusempurnakan kamu, sehingga bila kau berkata 'Jadilah', ia akan maujud. "
"Wahai bumi, hormatilah orang-orang yang
memujiku, dan susahkanlah orang-orang yang memujamu."
Maka,
bila datang sesuatu yang diharamkanNya, berlakulah bagai seorang yang longlai
sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan jasmaninya, yang remuk hatinya,
yang tak berghairah, yang terlepas dari pesona-pesona duniawi dan dari segala
nafsu haiwani, bak pelataran gelap nan tak terurus, bak gedung tak berpenghuni
yang atapnya sudah jebol, yang di dalamnya tak ada jejak-jejak kemaujudan
haiwani. Berlakulah bagai seorang tuli sejak lahir, bagai seorang buta sejak
lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu dan kasar,
seakan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan kedua tanganmu lumpuh
dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan kakimu gemetar dan penuh luka, seakan
kemaluanmu lumpuh seolah perutmu kekenyangan, seakan akalmu gila, dan tubuhmu
seakan mayat tengah diangkut ke kubur.
Maka,
kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua perintahNya, sebagaimana kau
mesti enggan tak berghairah terhadap semua yang diharamkanNya, dan berlaku
bagai mayat, pasrahlah terhadap ketentuanNya. Nah, teguklah sirup ini, ambillah
ubat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas dari kedirian, sembuhkanlah dirimu
dari segala penyakit dosa, dan lepaskanlah dirimu dari belenggu nafsu, dan
dengan demikian terperbaruilah dirimu menjadi peribadi yang ruhaninya sihat dan
sempurna.
Wahai
budak nafsu! Jangan mengkalim bagi dirimu sendiri maqam para rabbani. Kau
adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah Allah. Dambaanmu adalah
dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu hanya melihat dunia ini,
sedang mata mereka melihat Tuhan bumi dan langit. Kau pencinta ciptaan, sedang
mereka pencinta Allah. Hatimu terpaut pada yang di bumi, sedang hati mereka
terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang kau lihat, sedang mereka
tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya melihat sang Pencipta
segalanya, yang tak mungkin terlihat (oleh mata-mata ini). Orang-orang ini
meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka terjamin, sedang kau tetap
menjadi korban nafsu duniawi.
Orang-orang
ini lepas dari ciptaan, nafsu duniawi dan kedirian. Dengan demikian, mereka
melicinkan jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Maha besar, yang
menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih kemaujudan yang baik; kepatuhan
kepada Tuhan. Inilah redha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang
dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban mereka, dan
kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan. Maka
kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian mereka.
Akhirnya,
dunia menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka, bagai syurga laiknya. Sebab,
bila mereka melihat sesuatu, mereka melihat di balik sesuatu itu
penciptaan-Nya. Maka orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan lelangit dan
menyenangkan bagi yang mati dan yang hidup. Kerana Tuhan mereka telah
menjadikan mereka pasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh.
Orang-orang ini adalah yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan
ditebarkan-Nya di dunia ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga
salam dan rahmat-Nya, selama bumi dan lelangit maujud.
Aku
melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat seperti masjid, yang di
dalamnya ada beberapa orang menjauh dari manusia-manusia lain. Aku berkata
kepada diriku: "Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa mendisiplinkan
orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan seterusnya",
lalu terbayang olehku seorang yng saleh tengah dikerumuni mereka, dan salah
seorang dari mereka bertanya: "Kenapa Anda diam ?" Jawabku:
"Jika kalian berkenan, aku akan bicara". Lanjutku, "Jika kalian
menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan
lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan
meminta sesuatu pun kepada mereka, hatta di dalam benak, sebab meminta di dalam
benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah
selalu kuasa mungubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-orang). Ia
naikkan darjat beberapa orang. Lalu, mereka yang telah dinaikkan-Nya ke darjat
tertinggi, diancam-Nya bahawa Ia bisa menjatuhkan mereka ke darjat terendah,
dan diberi-Nya mereka harapan bahawa Ia akan memelihara mereka di tempat
terpuji itu. Sedang mereka yang telah dilemparkan-Nya ke darjat terendah,
diancam-Nya dengan kehinaan nan abadi, dan diberi-Nya mereka harapan dinaikkan
ke darjat tertinggi." Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
Tak
ada yang menjauhkanmu dari redha dan rahmat-Nya, kecuali ketergantunganmu
kepada manusia, sarana-sarana keterampilan, akal dan perolehan. Manusia
termasuk penghalang bagimu dalam mencari rezeki yang sesuai dengan sunnah
Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada manusia, selama
itu pula kau mengharapkan kesudian dan huluran tangan mereka, bahkan kau
meminta dengan bersedih hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini
termasuk syirik, kerana kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimbal dengan
(dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber rezekimu, semisal
kehilangan pekerjaan yang halal. Bila kau campakkan ketergantungan dan
pengemisanmu kepada mereka dan berlindung kepada mata pencarianmu, hidup dengannya,
dan lupalah kamu akan redha Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, malah
lebih berbahaya dari yang pertama, kerana kemusyrikan semacam ini halus sekali
sehingga sulit dilihat. Tentu, Allah akan menghukummu atas kedurhakaanmu ini,
dengan makin menjauhkanmu dari redha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada mata pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi Rezeki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahawa rezeki sepenuhnya berada di tangan-Nya, maka rezeki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rezeki itu datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang rezeki itu datang kepadamu melalui redha-Nya, hingga kau tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan redha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rezeki dengan redha-Nya, seperti seorang doktor merawat pesakitnya - sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan redha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang jauh-jauh segala kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua ketergantungan kepada mata pencarian dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dialah Pemberi Rezeki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahawa rezeki sepenuhnya berada di tangan-Nya, maka rezeki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rezeki itu datang kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadang rezeki itu datang kepadamu melalui redha-Nya, hingga kau tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan redha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rezeki dengan redha-Nya, seperti seorang doktor merawat pesakitnya - sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan redha-Nya.
Nah,
bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan kesenangan, maka tinggallah di
sana kehendak-Nya semata. Lalu, bila Ia ingin memberikan bahagianmu kepadamu,
yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak orang lain, maka
ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih bahagianmu, dan
diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu, diberi-Nya kau
kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu disedarkan-Nya kepadamu
sebagai bahagianmu. Untuk itu, kau mesti menyedarinya dan bersyukur kepada-Nya.
Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan mengosongkan hatimu dari
segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam darjatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas harkatmu. Ini hanyalah sebahagian dari keredhaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, nescaya Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu tercerahkan, maqam darjatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya kemampuan "melihat ke depan", sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan atas harkatmu. Ini hanyalah sebahagian dari keredhaan-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya, sebagai rahmat dan petunjuk-Nya. Allah telah berfirman: " Dan kami jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan Kami jadikan di antara mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar, dan meyakini ayat-ayat kami." (QS.32:23-24). "Dan orang-orang yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS.29:69) Dan takutlah kepada Allah, nescaya Ia mengajarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih menarik dari segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak sedikit pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis yang terkutuk.
Allah
berfirman:
"Wahai Bani Adam, Akulah Allah, tak sesuatu
pun layak dipuja kecuali Daku. Aku berfirman 'Jadilah', ia pun akan maujud.
Taatilah Aku, nescaya kau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru
'jadilah', ia pun akan maujud." Dan Ia telah membuat ehwal serupa ini
kepada beberapa Rasul-Nya, beberapa wali-Nya, dan orang-orang yang sangat
diredhai-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Bila
'bersatu' dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat pertolongan-Nya,
maka makna hakiki 'bersatu' dengan Allah ialah berlepas diri dari makhluk dan
kedirian, dan sesuai dengan kehendak-Nya, tanpa gerakmu, yang ada hanya
kehendak-Nya. Nah, inilah keadaan fana (peleburan), dan dengannya itulah
'menunggal' dengan Tuhan. 'Bersatu' dengan Allah tentu tak sama dengan bersatu
dengan ciptaan-Nya. Bukanlah Ia telah menyatakan: "Tak ada sesuatu pun
yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat."
(QS. 42:11)
Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahsia yang tak dapat diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu rahsia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh kadang merahsiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, walaupun mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam ruhani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi, begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda dan kerosakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka mahupun duka, ketakutan mahupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya , dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia mahupun di akhirat. Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai senjata bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah keakraban, dari ketersesatan sesudah memperolehi petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Allah tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. 'Bersatu' dengan-Nya lazim dikenal oleh mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan, dan khusus bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan wali Allah, terdapat suatu rahsia yang tak dapat diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang murid menyimpan suatu rahsia yang tak diceritakannya kepada sang syaikh, dan sebaliknya sang syaikh kadang merahsiakan sesuatu yang tak diketahui si murid, walaupun mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam ruhani sang syaikh, ia terpisah dari syaikh-nya, dan Allahlah yang menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian, sang syaikh menjadi bagai seorang inang pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang syaikh diperlukan, selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi, begitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda dan kerosakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syaikh.
Jadi, bila sudah 'bersatu' dengan Allah sebagaimana yang digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka mahupun duka, ketakutan mahupun berharap, kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya , dambakanlah perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepadanya-Nya, baik di dunia mahupun di akhirat. Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pandanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh Raja sebuah kerajaan besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya, menyalibkannya pada sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus deras, bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang Raja duduk di atas singgasana yang tinggi, bersenjatakan lembing, panah, dan berbagai senjata bidik. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua, dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada raja itu, tak berharap kepadanya, tak iba kepada tawanan itu dan tak memohonkan ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat, orang semacam ini tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati, sesudah memiliki bashirah ( mata hati), dari keterpisahan sesudah 'bersatu', dari keterasingan sesudah keakraban, dari ketersesatan sesudah memperolehi petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Dunia
ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari airnya bertambah, dan itulah
perumpamaan nafsu haiwani manusia dan segala kesenangan duniawi. Sedang anak
panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan ujian hidup manusia. Jelaslah,
unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia iaitu berbagai cubaan hidup,
musibah, penderitaan, dan semua upaya mengatasinya. Bahkan semua kurnia dan
nikmat yang diterimanya, dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh
kerana itu, bila seorang cerdik-cendekiawan sudi menyigi masalah ini
terus-menerus, maka ia akan memperolehi pengetahuan tentang hakikat, bahawa tak
ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah saw. Bersabda:
"Tak ada kehidupan selain kehidupan di akhirat."
Ehwal
semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi
saw.: "Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan syurga bagi
seorang kafir."
Beliau
juga bersabda: "Orang saleh terkekang." Bagaimana bisa hidup enak di
dunia ini, bila diingat hal ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada
hubungan sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila
kau lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu
dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keredhaan-Nya.
Janganlah
kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu kepada siapa pun, baik
kepada kawan mahupun lawan. Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas semua
takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Beritakanlah
semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang
dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukur atas semua itu. Kedustaanmu
menyatakan puji syukurmu atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang
kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah
ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT berfirman: "Dan jika kamu
hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya." (QS.
14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sedari! Jangan
merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal
ehwalmu kepada siapa pun. Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya, merasa
senanglah dengan-Nya dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan
kau lihat orang lain, kerana mereka tak memberi manfaat dan mudharat. Segala
suatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam mereka.
Kemaujudan mereka sampai detik ini pun semata-mata kerana kehendak-Nya. Dialah
penentu darjat mereka. Barangsiapa dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu
menjadikannya hina. Dan barangsiapa dihinakan-Nya, takkan ada yang mampu
menjadikannya mulia. Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak
seorang pun sanggup mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat
melimpahkan kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya. Nah,
bila kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau menikmati rahmat-Nya, kau tamak,
dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut
kembali nikmat-Nya darimu, mewujudkan segala keluhanmu, melipatgandakan
kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu. Kau
menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh
kerana itu, janganlah mengeluh sedikit pun, walau jasadmu digunting-gunting
menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah dirimu! Takutlah kepada
Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!
Sesungguhnya,
sebahagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikeranakan oleh
keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha
pengasih, Maha adil, Maha sabar, Maha pengasih, Maha penyayang, dan yang
lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang doktor yang sabar,
pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si pesakit. Dapatkah kau temui
sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.
Nabi
Suci saw., telah bersabda:
"Allah
lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya berbanding seorang ibu terhadap
anaknya."
Wahai
yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku terbaik.
Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya kerananya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Redha dan rindulah kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).
Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya kerananya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Redha dan rindulah kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat? Dimanakah kau? Belumkah kau dengar firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Maha-mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS>2:216).
Pengetahuan
ehwal hakikat segala suatu tercabut dari hatimu dan tertutup dari penglihatanmu
oleh tabir. Oleh kerana itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci ataupun
mencintai sesuatu. Ikutilah segala ketentuan syariat dalam segala keadaan, jika
kau benar-benar saleh. Setelah kau jalani hal ini, maka ikutilah semua perintah
tentang wilayat, dan teguhlah selalu. Redhalah atas ketentuan-Nya dan
berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan, luruhlah ke dalam keadaan badal,
ghauts dan shiddiq.
Bertolaklah
senantiasa dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah
dirimu dan hasratmu (denngan kehendak-Nya), dan tahanlah lidahmu dari segala
keluhan. Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu mengurniamu kebaikan
berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan melindungimu, kerana
ketaatanmu kepada-Nya.
Bila
di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa, noda dan kesalahan, maka tak
layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari dosa-dosa. Tak seorang pun
dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari noda ujub, sebagaimana tak
seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih dari noda dan bau busuk. Nah,
semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan pembersih diri. Nabi saw.
Telah bersabda: "Demam sehari dapat menebus dosa sepanjang tahun."
Bila
kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu, janji itu dipenuhi, sehingga
keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan kepastian ini jadi kuat dan
mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya kamu
pada hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di sisi
Kami." (QS.12:54), dan menjadilah kau salah seorang yang terpilih, bahkan
yang terpilih dari yang terpilih. Maka sirnalah tujuan mahupun kehendak
peribadimu.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala selain Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau menjadi redha kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keredhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana yang tak cairan pun bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi bersih dari segala selain Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kau menjadi redha kepada-Nya, kepadamu dijanjikan keredhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan terahmati atas semua tindakan-Nya.
Maka
kepadamu dijanjikan sesuatu, bila kau puas dengan (janji) itu, dan tanda
kepuasan ada padamu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji lain yang lebih tinggi.
Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dan dianugerahkan-Nya kepadamu rasa
cukup-diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah,
disingkapkan-Nya bagimu misteri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna perubahan
janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan kemampuan memelihara
keadaan ruhaniahmu.
Lalu, kepadamu dianugerahkan darjat ruhani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu rahsia-rahsia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati, kefasihan lidah, darjat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan semua makhluk, baik manusia mahupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah dihantarkan-Nya ke tempat yang amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini dimusnahkan dan dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di dalam taman yang abadi.
Lalu, kepadamu dianugerahkan darjat ruhani, yang didalamnya dipercayakan kepadamu rahsia-rahsia, dan kau alami perluasan dada, ketercerahan hati, kefasihan lidah, darjat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau menjadi kesayangan semua makhluk, baik manusia mahupun jin, dan makhluk-makhluk lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi 'pilihan' Allah, maka orang tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka berada di dalam kebencian-Nya. Dengan ini, kau telah dihantarkan-Nya ke tempat yang amat tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka nafsumu ini dimusnahkan dan dilenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di dunia ini, akan dilimpahkan kepadamu di akhirat kelak, sehingga meningkatkan keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di syurga yang tinggi, di dalam taman yang abadi.
Tapi,
bila selama ini kau tak berhasrat terhadap sesuatu pun, tak berharap kepada
siapa pun, tak condong kepada apa pun - kerana kau sedar bahawa kehidupan di
dunia ini hanya sementara, dan tipuannya menyesatkan yang mencintainya - tapi,
tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah menciptakan, mewujudkan, menahan dan
melimpahkan segala suatu, yang telah membentangkan bumi dan menegakkan langit,
maka kepadamu dilimpahkan segala yang kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja,
ini semua diberikan kepadamu, setelah kau putus asa akibat dipalingkan dari
semua hasrat duniawi, dan sesudah kau merasa mantap akan kehidupan akhirat
sebagaimana yang telah kita bicarakan.
Nabi
Suci Muhammad saw. Bersabda: "Campakkanlah segala yang menimbulkan
keraguan dibenakmu, tentang yang halal dan yang haram, dan ambillah segala yang
tak menimbulkan keraguan pada dirimu."
Bila
sesuatu yang meragukan, maka ambillah jalan yang didalamnya tiada sedikit pun
keraguan dan campakkanlah yang menimbulkan keraguan. Nabi bersabda: "Dosa
menciptakan kekacauan dalam hati." Tunggulah, bila dalam keadaan begini,
perintah batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah
sesukamu. Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggaplah itu sebagai tak pernah
maujud, dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata
kau merasa kehabisan kesabaran, kepasrahan dan kefanaan, maka ingatlah bahawa
Dia SWT tak memerlukan diingat, Dia tak lupa kepadamu dan selainmu. Ia yang
Maha kuasa lagi Maha agung memberikan rezeki kepada para kafir, munafik dan
mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu, duhai yang beriman,
yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh kepada-Nya dan yang teguh
dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.
Sabda
Nabi Suci yang lain: "Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di
benakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan keraguan," memerintahkanmu
untuk melecehkan yang ada di tangan manusia, untuk tak mengharapkan sesuatu pun
dari manusia, atau untuk tak takut kepada mereka, dan untuk menerima kurnia
Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu ragu. Kerana itu, hanya ada satu, yang
kepadanya kita meminta, satu pemberi dan satu tujuan, iaitu Tuhanmu, Yang Maha
perkasa lagi Maha agung, yang di tangan-Nya kening para raja dan hati manusia,
yang adalah raja tubuh, berada - iaitu bahawa hati mengendalikan tubuh - tubuh
dan wang manusia adalah milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya.
Bila
mereka menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal itu atas izin, perintah dan
gerak-Nya. Begitu pula, bila kurnia ditahan darimu. Allah SWT berfirman:
"Mintalah kepada Allah kurnia-Nya."
"Sesungguhnya
yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun kerana itu, mintalah
kurnia dari Allah dan abdilah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya." "Bila
hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat
dekat; Aku menerima doa dari yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku."
"Serulah Aku, maka Aku akan menyahutmu." "Sesungguhnya Allah
adalah Pemberi kurnia, Tuhan kekuatan." "Sesungguhnya Allah
memberikan kurnia kepada yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
Aku
melihat syaitan terkutuk dalam mimpi seolah aku berada dalam sebuah kerumunan
besar dan aku berniat membunuhnya. Lalu si syaitan itu berkata kepadaku,
"Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan
keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah
menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa
yang ada di tanganku?" Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut
ucapannya, dagunya berjanggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia
tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12
Zulhijjah 401 H.
Allah
menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang kuat, maka
cubaannya pun kuat. Cubaan seorang Rasul lebih besar daripada cubaan seorang
Nabi, kerana iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi. Cubaan Nabi lebih
besar daripada cubaan seorang badal. Cubaan seorang badal lebih besar daripada
cubaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan keyakinannya.
Tentang ini Nabi Suci saw. Bersabda: "Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah
orang yang paling banyak diuji. Oleh kerana itu, Allah terus menguji
pemimpin-peminpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tak
lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang
yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin
menjauhkan diri dari yang dicintainya.
Maka, cubaan-cubaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka, kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keredhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cubaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cubaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan haiwani dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, redha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi redha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, kurnia dan kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kau bersyukur tentu akan Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak mempedulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cubaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia ini dan di akhirat.
Maka, cubaan-cubaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang dan cenderung kepada sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang-benderang. Maka, kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keredhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka dalam cubaan-Nya. Maka, selamatkanlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cubaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman dan kesabaran, dan melemahkan haiwani dan hawa nafsu. Sebab bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, redha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi redha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, kurnia dan kekuatan. Allah SWT berfirman: "Jika kau bersyukur tentu akan Kutambahkan."
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, kesyirikan dan dosa. Maka, Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak mempedulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cubaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia ini dan di akhirat.
Pegang
teguh dan redhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib
mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau akan
ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan duniawi ini, akhirat,
kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang mengenakan matamu.
Ketahuilah bahawa bahagianmu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu
terhadapnya, sedang yang bukan bahagianmu takkan kau raih walau kau berupaya
keras. Maka dari itu, bersabarlah dan redhalah dengan keadaanmu. Jangan
mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semahumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau bererti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami dijadikan sebahagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebahagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan." (QS.6:129)
Jangan bergerak atau diam semahumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau bererti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami dijadikan sebahagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebahagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan." (QS.6:129)
Sebab
kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya berdaulat, yang Maha kuat, yang
tentera-Nya amat besar, yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna,
yang kerajaan-Nya abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya
tinggi, yang kebijakan-Nya dalam, yang Maha adil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi
baik di bumi mahupun di langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi
dari-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapa pun
yang menyekutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang
dikehendaki-Nya." (QS.4:48)
Berupayalah
sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa ini
dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam baik sendirian
mahupun bersama manusia. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa dalam anasir
tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak ataupun tersembunyi.
Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan mencengkaumu. Jangan bersitegang
dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan melumatkanmu; jangan salahkan
aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya; jangan melupakan-Nya agar kau tak
dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam
rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan memperkatakan tentang agama-Nya
dengan hawa nafsu agar kau tak binasa, agar hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu
tak tercabut darimu, agar kau tak dikuasai oleh kekejianmu, haiwanimu, hawa
nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular
serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian
hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus-menerus.
Jauhilah
sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, yang Maha mulia lagi Maha agung.
Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya
mematuhi-Nya dengan taubat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas
kepatuhan dan kerendah hatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan tak memandang
orang atau mengikuti haiwani, atau mengupayakan balasan duniawi atau ukhrawi,
tak mengharapkan maqam yang lebih tinggi. Camkanlah bahawa kau adalah
hamba-Nya, dan bahawa sang hamba serta segala miliknya adalah milik tuannya,
sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku baiklah dan
jangan salahkan Tuhanmu. Segala suatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia
majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tak
satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala
keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tingggal nan abadi di akhirat dan
sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahkan kepadamu
kurnia-kurnia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga pernah mendengar
dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman: "Tiada jiwa pun
yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, iaitu yang akan mengenakkan mata,
sebagai balasan atas apa yang telah mereka perbuat." (QS 32:17) Iaitu
balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan kurnia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud.
Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha agung menghendakinya dihuni dan ceria.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan kurnia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud.
Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Maha kuasa lagi Maha agung menghendakinya dihuni dan ceria.
Maka
pohon iman seorang kaya lemah akarnya dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu.
Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya
tergantung pada dunia dan aneka nikmatnya yang kau lihat pada pemiliknya, dan
tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga
Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan
dan kesinambungan kurnia duniawi, yang kau dapati padanya, - andaikata semua
ini tercerabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi
kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, - jika
Allah tak mengirimkan bagi orang kaya ini tentera kesabaran, keteguhan,
pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani, yang memperkukuh imannya, maka ia
takkan merasa kehilangan dengan merasa kehilangan dengan lenyapnya kekayaan dan
kurnia.
Jangan
berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya telah
memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, yang telanjang,
yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut dunia, di setiap masjid
dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari setiap pintu, yang terhancurkan,
yang jemu dan yang kecewa dengan segala keinginan dan kerinduan hati - jangan
berkata bahawa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah
menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tak mengukuhkan
jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak mencukupimu di dunia ini, telah
menggelapimu, tak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada
selianmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan mereka
atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenek
moyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Ya, Allah telah mempelakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, kepasrah-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah ke mana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhannya dibantu. Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.
Yang
bukan milikmu tentu:
1)
Ia akan menjadi milikmu, atau
2)
Ia akan menjadi milik orang lain.
Jika
ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga
pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang bukan milikmu, maka kau
akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia
takkan bertemu. Allah berfirman: "Dan jangan kamu tujukan kedua matamu
kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai
bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cubai mereka dengan-nya. Dan kurnia
Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS 20:131) Nah, Allah telah
melarangmu memerhatikan yang bukan hakmu.
Ia
telah memperingatkanmu bahawa yang selain ini adalah cobaan, yang dengan-nya Ia
menguji mereka dan bahawa keredhaanmu dengan bahagianmu lebih baik bagimu,
lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang
melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan.
Allah berfirman:
"Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, iaitu yang akan mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengurniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
"Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, iaitu yang akan mengenakan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah selain yang Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengurniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
Tabir
penutup dirimu takkan tersingkap, selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak
memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama hawa nafsumu
belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau belum lepas dari
kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud dalam dirimu hanyalah
kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan nur Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam
hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan
kau dikurniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala yang kau
lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya
dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu
akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yang
diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan
penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya, bukannya peluruh penuh dalam takdir
dan kurnia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia
atau pendapat. Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri
akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan
mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentera kebenaran, tauhid, dan
pengawal-pengawal kebenaran akan ditempatkan di dekatnya, sehingga orang tak
dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan
yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari
keinginan-keinginan. Jika ditakdirkan bahawa orang akan datang kepadamu
terus-menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan
cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan
melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok
kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah,
untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini
terjadi, kau akan aman dari semua itu, dari kecenderungan jiwa manusiawimu
kepada keinginan, dari puji-diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu
dan perhatian mereka kepadamu. Juga, seandainya kau akan beristeri cantik,
bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari
keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan
menjadi kurnia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan,
kekejian dan penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan
akan menjauhkan darimu segala kesulitan kerananya. Seandainya ia melahirkan
anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan
pandanganmu.
Allah
berfirman:
"Dan Kami jadikan isterinya patut
baginya."
(QS 21:90)
"Ya Tuhan kami! Kurniakanlah pada
isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami
imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan." (QS 25:74)
"Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau
redhai."
(QS 19:6)
Maka
doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini
kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang
termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan
kedekatan Allah.
Begitu
pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu.
Maka yang datang kepadamu merupakan bahagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi
kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu.
Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehinya dalam
kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu kerana
menunaikan salat dan puasa. Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu,
untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak
memperoleh wang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan
diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membezakan antara yang layak dan
yang tak layak, dan antara khabar burung dengan pengalaman sejati. Maka
urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.
Maka
dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini,
tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu!
Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah!
Tundukkanlah pandanganmu! Tundukkanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu!
Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! hingga datang takdir dan kau kami bawa ke
depan .
Maka
akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam
samudera nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dipakaikan dengan pakaian nur
dan rahsia-rahsia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi kurnia,
dilepaskan dari keperluan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata: "Sesungguhnya kamu pada sisi Kami
adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya." (QS 12:54) Lalu tersingkaplah keadaan
Yusuf dan para shiddiq ketika disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja
Mesir, Raja dari Fir'aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang
adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf
dianugerahkan kerajaan bendawi, iaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, iaitu
kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi
di hadapan-Nya.
Allah
berfirman:
"Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf
kekuasaan atas negeri (ia berkuasa penuh) ke mana pun ia suka." (QS 12:56)
Negeri
di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani, Allah berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan
kami."
(QS 12:24)
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman:
"Yang demikian ini adalah sebahagian dari yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama
orang-orang yang tak beriman kepada Allah." (QS 12:37)
Bila
kau disapa, wahai orang saleh, bererti kau dianugerahi banyak pengetahuan nan
agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi
ruhani dan yang bukan ruhani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah,
segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada
di tempat damai dan di syurga yang tinggi.
Anggaplah
kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. Cabang
yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi, buah
yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang
menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan." (QS 16:32)
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang ini, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jatuh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kau mulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada kedekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah yang Mahakuasa dan Mahaagung. "Allah telah menciptakanmu dan yang kau lakukan." (QS 37:96) Nabi saw. Bersabda: "Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih." Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: "Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan." (QS 16:32)
Mahaagung
Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya mereka ke
dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan amal-amal
mereka adalah berkat pertolongan dan kasih-sayanng-Nya. Nabi saw. Bersabda:
"Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya
sendiri." Ia ditanya: "Termasuk Anda, Ya Rasulullah?" Ia
berkata: "Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku." Dalam
berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh
Aisyah r.a. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari
larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah
kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis
dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman: "Demikianlah agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami," (QS 12:24)
Dan
mengenai agama, Ia berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu
bersyukur lagi beriman." (QS 4:147)
Adakah
bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia lebih
dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam kelimpahan,
lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: "Jika kamu bersyukur, tentu
akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu." (QS 14:7)
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman:
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hati hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman:
"Allah
tak menciptakan bagi manusia dua hati." (QS 33:5) "Sesungguhnya para
raja, bila mereka memasuki sebuah kota, menghancurleburkannya, dan menghinakan
penduduknya." (QS 27:34)
Lalu
mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada
(di awal) kekejian hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah
mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan.
Kedaulatan
ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada,
menjadi bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran
telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari
musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. Bersabda:
"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."
"Kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya."
"Aku
lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada
kamu."
Siapa
pun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di
hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka." (QS 33:30)
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun menyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan merusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya. Allah berfirman: "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka." (QS 33:30)
Allah
berfirman demikian tentang istri-istri ini, karena telah disempurnakan-Nya
nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkanmereka kepada Nabi. Bagaimanakah
kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas
ciptaan-Nya.
"Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar
lagi Mahamelihat."
(QS 42:11)
Engkau
menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, padahal kau
masih berupaya membinasakan haiwanimu, harapan akan balasan di dunia ini dan di
akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru!
Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai yang berharap! Pintu tertutup
selama keadaan ini masih berlangsung. Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal
ini masih ada padamu, dan beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam
dirimu. Itulah kontrak kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada satu
penny pun padanya, kau tertutup darinya. Selama kau masih menghisap biji kurma
dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan
sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai
sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat - selama hal-hal ini masih bersemayam
dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. Berhentilah di sini,
sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau dikeluarkan dari tempat peleburan,
dan kau terpakainkan, terhiasi dan menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja
nan agung dan berkata:
"Sesungguhnya
kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya." (QS 12:54)
Maka
kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi minuman,
didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahsia. Kemudian kau terbebaskan
dari keperluan, kerana yang diberikan kepadamu berasal dari hal-hal ini dan
terbebaskan dari keperluan segala suatu. Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang
beraneka ragam yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual ubat,
tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan
lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian
kepingan-kepingan in dikumpulkan dan memasukkan ke dalam tempat peleburan
logam; lalu kepingan-kepingan ini meleleh dalam kobaran api, dikeluarkan
darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperintah, dan
kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci,
dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah jambatan,
dan kadang jambatan seorang raja besar. Dengan demikian, kepingan-kepingan emas
itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para raja dan istana setelah
dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa
bersabar dengan kurnia-Nya, dan berpasrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan
didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikurniai pengetahuan tentang-Nya dan
segala pengetahuan serta rahsia, dan akan dikurniai tempat damai di akhirat
bersama dengan para Nabi, shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah,
dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih-sayang-Nya. Maka
dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, redhalah senantiasa dengan
takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yang demikian,
,maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lazatnya pengetahuan
tentang-Nya, kelembutan dan kurnia-Nya.
Nabi
Suci saw. bersabda: "Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran."
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahawa apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahawa: "Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan rezeki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS 65:2-3)
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahawa apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahawa: "Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan rezeki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya." (QS 65:2-3)
Ia
berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah mengujinya
dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh kerendah dirian;
tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw.: "Kefakiran mendekatkan
kepada kekafiran," berlaku. Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan
darinya segala yang merundungnya, terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan,
dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila
Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya
pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh
Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak
beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada
Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya
orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah
diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami
berlindung kepada Allah dari hal semacam itu."
Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan kerana inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia kurniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang nampak, kadang tak nampak; dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.
Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan kerana inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan pilihan-Nya dan pengganti para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan - kepada orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia kurniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri atau bersama, kadang nampak, kadang tak nampak; dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.
Betapa
sering kau berkata, apa yang mesti kulakukan, apa yang mesti kugunakan (untuk
mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui batasmu, sampai
jalan keluar dikurniakan bagimu dari-Nya yang telah memerintahkanmu untuk
tinggal di tempatmu. Allah berfirman:
"Wahai
orang-orang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah
kewajibanmu terhadap Allah." (QS 3:199)
Ia
telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk
berlumba-lumba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat dan
untuk menjadikan hal ini sebagai kewajiban. Ia kemudian memperingatkanmu
terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya, "Jagalah senantiasa kewajibanmu
terhadap Allah," dan ini berkenaan dengan pengabaian kebajikan ini. Ini
bererti bahawa kau harus senantiasa bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada
dalam kesabaran. Nabi Suci saw. bersabda:
"Kesabaran
dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh."
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman:
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman:
"Sesungguhnya
kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga." (QS 39:10)
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memerhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memerhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya:
"Barangsiapa
menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat,
dan memberinya rezeki yang tak diduganya." (QS 65:123)
Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Alah, hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam firman-firman-Nya:
Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Alah, hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam firman-firman-Nya:
"Barangsiapa
beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya." (QS 65:3)
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya:
"Demikianlah
Kami balasi mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain." (QS 6:85)
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman:
Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman:
"Sesungguhnya
Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain." (QS
3:133)
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.
Jika
kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah perilakunya
dengan Kitabullah dan sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci oleh kedua
pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah dan Nabi-Nya. Jika
perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau memusuhinya, maka ketahuilah
bahawa kau adalah pengikut hawa nafsumu. Kau membencinya lantaran kebencianmu
kepadanya dan menentang Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menentang
Nabi-Nya, dan menentang kedua pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah,
bertaubat dan mohonlah kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan
Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam
mencintainya. Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. Iaitu, menelaah
perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata
disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya
tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya kerana hawa nafsumu. Allah berfirman: "Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalanAllah." (QS 38:26)
Betapa
sering kau berkata, "Siapa pun yang kucintai, cintaku kepadanya tak abadi.
Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketakhadiran, kematian, permusuhan,
kebinasaan ataupun lenyapnya kekayaan." Tidakkah kau tahu, wahai yang
beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah menganugrahkan karunia-karunia-Nya,
yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu
bahwa sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri.
Kenapa kau ingin menjadi milik selain-Nya. Belumkah kau denganr firman-Nya:
"Ia
mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya." (QS 5:54)
"Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku." (QS 51:56)
Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila Allah mencintai seorang hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya." Ia ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana pemeliharaan-Nya?" Ia berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak."
"Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku." (QS 51:56)
Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: "Bila Allah mencintai seorang hamba, maka ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya." Ia ditanya: "Ya Rasulullah (saw.), bagaimana pemeliharaan-Nya?" Ia berkata: "Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak."
Karena
bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka cintanya kepada
Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagikan antara Allah dan
selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala suatu. Lalu ia
dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya Sendiri. Maka
kebenaran firman Allah akan terbukti: "Ia akan mencintai mereka, dan
mereka akan mencintaiNya." (QS 5:54)
Sampai
akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan berhala-berhala
seperti istri, harta, anak, kesenangan dan kerinduan akan kekuasaan, kerajaan,
keajaiban, keadaan ruhani, taman-taman surga, maqam ruhani dan kedekatan dengan
Allah - tiada tujuan dan kehendak di hatinya. Maka, hatinya akan menjadi
seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya tiada cairan pun bisa
tinggal. Sebab, ia kini telah diremuk-redamkan oleh tindakan Allah dan
kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan
menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya. Maka, tiada kehendak
akan sesuatu mampu mendekati hatinya. Tiada harta, anak, istri, sahabat,
keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya, semua
itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda kemuliaan
dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya, rahmat dan karunia-Nya,
dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada-Nya. Dengan demikian,
orang-oang ini termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari Allah
ini, yang akan menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan
ini dan di akhirat.
Ada
empat jenis manusia.
Yang pertama, tak berlidah dan
tak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tak pernah
ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagai sekam tak
berbobot, jika Allah tak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada
keimanan pada-Nya Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah manusia-manusia
sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka. Kita
berlindung kepada Allah dari mereka.
Hiasilah
dirimu dengan ma'rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan agama,
pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahawa kau mesti mendatangi mereka, mengajak
mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan mereka akan dosa
terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan Allah dan akan
dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi Suci saw. berkata kepada
Ali r.a.:
"Jika
Allah membimbing seseorang melalui pembimbingmu atasnya, adalah lebih baik
bagimu daripada tempat matahari terbit."
Yang kedua, berlidah tapi tak berhati. Mereka berbicara bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian, mereka bagai serigala berpakaian. Inilah manusia yang tentangnya Nabi memperingatkan. Ia bersabda:
"Hal
yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, iaitu
orang berilmu yang jahat."
Kita
berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah
selalu dari orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh manisnya lidahnya,
yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan ruhani serta hatinya
akan membinasakanmu.
Yang ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan
beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan
tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sedar
akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah
yakin bahawa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: "Barangsiapa senantiasa diam, maka ia
memperolehi keselamatan." "Sesungguhnya pengabdian kepada Allah
terdiri atas sepuluh bahagian, yang sembilan bahagian ialah ke-diam-an."
Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahsia-Nya, terlindungi, memiliki
keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang baik ada padanya.
Nah, ingatlah, bahawa kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini,
layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan
berilah ia hal-hal yang akan menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian
ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan memasukkanmu ke dalam kelompok
sahabat dan hamba saleh-Nya disertai rahmat-Nya.
Yang
keempat
ialah manusia yang diundang ke dunia ghaib, yang dipakaikan kemuliaan.
"Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia."
"Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia ghaib dan menjadi mulia."
Orang semacam itu memiliki pengetahuan
tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka
tentang-Nya, dan Ia menganugerahkan kepadanya rahsia-rahsia yang
disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya
Sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahsia-rahsia dan
pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja dijalan-Nya,
penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan
perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan
yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya diterima, seorang shiddiq
dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan Allah, yang bagi mereka
limpahan rahmat Allah.
Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia.
Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam para nabi. Adalah kewajipanmu untuk
berhati-hati, agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak
melecehkan ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan
kebersamaan dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada
selainnya; kecuali orang yang dikurniai oleh Allah daya dan pertolongan yang
membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah kupaparkan bagimu bahawa
manusia dibahagi menjadi empat bahagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri
jika kau punya jiwa yang terus-mata. Selamatkanlah dirimu dengan sinarnya, jika
kau ingin sekali menyelamatkannya dan mencintainya.
Semoga Allah membimbing kita kepada yang
dicintainya di dunia ini dan di akhirat!
Betapa
aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang Maha
kuasa lagi Maha agung, tak adil, menahan rezeki, tak menjauhkan musibah.
Tidakkah kau tahu bahawa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada
akhirnya? Keduanya tak bisa dimajukan atau ditunda. Masa-masa musibah tak
berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak berlalu, sehingga
datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar,
berpasrah dan redhalah kepada Tuhanmu. Bertaubatlah kepada Allah.
Di
hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa
dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antara hamba-Nya.
Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sepenuhnya esa. Ia menciptakan hal-hal dan
menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat
mereka. Ia, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bijak dalam bertindak dan tiada
ketakselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tak melakukan sesuatu pun tanpa erti dan
main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada
tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran
kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya
musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang
setelah berlalunya malam.
Nah,
jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka
permohonanmu sia-sia; tapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati
fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak. Jika
kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu takkan dikabulkan.
Sebab kau telah meminta sesuatu yang tak layak. Kau akan dibiarkan meratap,
longlai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan
patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari
darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau perolehi. Demi imanku,
begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya.
"Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu." (QS 40:60).
"Mintalah kepada Allah kurnia-kurnia-Nya." (QS 4:32). Mohonlah
kepada-Nya, maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila
dikehendaki-Nya, dan bila hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimu
dan akhirat.
Jangan
salahkan Ia bila Ia menangguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa. Sebab,
sesungguhnya jika kau tak memperolehi, kau juga tak rugi. Jika Ia tak segera
menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala
di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahawa pada Hari Kebangkitan hamba-hamba
Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal yang tak dikenalinya.
Lalu, kepadanya dikatakan bahawa itu adalah balasan dari doa-doanya di
kehidupan duniawinya yang tak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu
Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon
kepada selain-Nya. Maka, setiap saat, baik siang mahupun malam, sihat atau
sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan:
1) Tak meminta, redha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
1) Tak meminta, redha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puja-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya
jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi" (QS
14:7)
Tapi,
jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncur darimu
dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, keteguhan hati,
pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, Yang Maha
kuasa lagi Maha agung:
"Sesungguhnya
Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS 47:7)
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keredhaan terhadap kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: "Berilah khabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikurniai rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, kerana ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbezaan antara dua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memerhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih.
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keredhaan terhadap kehendak dan janji-Nya, - jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih-sayang Ia berfirman: "Berilah khabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka, yang bila ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikurniai rahmat dan kasih-sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran." (QS 2:156-157). Atau
2) Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya, dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, kerana ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbezaan antara dua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memerhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih.
Maha besar Allah! Wahai yang tahu keadaanku!
Kapada-Mu lah aku beriman.
Berpantang
dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran
akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih-sayang-Nya.
Nabi Suci saw. bersabda bahawa asas agama adalah keberpantangan dari segala
yang haram, sedang kebinasaannya adalah kerakusan. Umar ibn Khaththab as.
Pernah berkata:
"Kami
biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami
khawatir kalau-kalau kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram."
Abu Bakar as. Pernah berkata:
Abu Bakar as. Pernah berkata:
"Kami
biasa menghindari tujuh puluh pintu dari hal-hal yang halal, kerana kami
khawatir akan keterlibatan dalam dosa."
Peribadi-peribadi
ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka
bertindak berdasarkan sabda Nabi saw.:
"Ingatlah!
Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang
padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya."
Maka, orang yang berbeza di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang yang berada di pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tenteranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi baginya.
Maka, orang yang berbeza di sekitar padang itu, boleh memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai di singgasana, adalah lebih baik berbanding orang yang berada di pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga tertutup baginya, hal itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tenteranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasaan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal kebajikannya akan menjadi saksi baginya.
Orang
yang diberi kemudahan, sedang ia tak menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika
kemudahan itu dicabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa
nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar
dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan
menyimpang dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia
belum bertaubat, maka ia akan binasa, jika Allah tak mengasihinya. Jadi, bahaya
terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan
kewajiban.
Jadikanlah
kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai
keberuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan
duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu
sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa
waktumu kau habiskan untuk memperolehi kehidupan setelah mati dan memenuhi
kewajiban salat lima waktu. Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu,
agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tak layak terhadapnya, dengan
menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau
ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya,
sehingga kau tak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga
kau masuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tak
memperolehi, dengan mengikutinya, sebahagian besar bahagianmu dalam kehidupan
duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan
menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperolehi kehidupan duniawi dan
ukhrawi. Sedang bahagian duniawimu akan kau terima dengan segala
kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda:
"Sesungguhnya
Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan di akhirat
tak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini."
Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau perolehi, iaitu syurga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bahagianmu darinya akan sepenuhnya kau perolehi, sebab segala suatu patuh kepada Penciptanya, iaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu; kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bahagianmu, kerana murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda:
"Dunia
dan akhirat adalah ibarat dua isteri; jika kau menyenangkan yang satu, maka
yang lain akan marah kepadamu."
Allah,
Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berfirman:
"Sesungguhnya
sebahagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebahagiannya lagi
mencintai akhirat." (QS 2:151)
Kesemua
ini disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau.
Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di neraka.
Maka sebahagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang,
kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebahagian yang lain
berada di meja makan yang di atasnya makanan, bebuahan dan madu yang lebih
putih, yang sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah
hadis:
"Mereka
akan melihat tempat mereka di syurga, sampai Allah selesai meminta
pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki syurga sebagaimana
mereka memasuki rumah mereka di dunia ini."
Meraka meraih hal ini kerana telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam dalam berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berfirman:
"Segala
yang dibawa oleh Nabi kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya,
jauhilah dan bertakwalah kepada Allah." (QS 48:7)
"Dan
mereka mengada-adakan ruhbaniyyah (kepaderian-penyunting), padahal Kami tak
mewajibkannya kepada mereka." (QS 57:27)
"Dan
tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (QS 53: 3-4)
Maknanya: "Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah."
"Jika
kau mencintai Allah ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS
3:30)
Jelaslah, bahawa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi
Suci saw bersabda: "Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah
adalah keadaanku."
Maka,
kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti
berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah
kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Dan
kepada Allah lah kau mesti berharap." "Barangsiapa beriman kepada
Allah, maka Ia mencukupinya." (QS 65:3)
"Sesungguhnya
Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya." (QS 3:158)
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa berbuat sesuatu yang tak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak." Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Quranlah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tak menyesatkanmu. "Jangan ikuti hawa nafsu, kerana ia akan memalingkanmu dari jalan Allah." (QS 38:26)
Adapun
keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan
terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah
mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
|
Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang,
yang memperolehi rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tahu bahawa yang
demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu
dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahawa Allah berfirman:
"Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat Kami"?
Belumkah kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran kurnia Allah baginya, maka bererti kau tak selaras dengan firman-Nya:
Belumkah kau dengar sabda Nabi: "Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar"? Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran kurnia Allah baginya, maka bererti kau tak selaras dengan firman-Nya:
"Kami
kurniakan di antara mereka rezeki mereka rezeki mereka di kehidupan duniawi
ini." (QS 43:32)
Bererti
kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati kurnia Tuhannya, yang
khusus Dia kurniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya sebagai bahagiannya
dan yang tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bahagian itu kepada orang lain.
Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh selainmu? Allah bebas dari
kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
"Firman
Kami takkan berubah, dan Kami tak menzalimi hamba-hamba Kami." (QS 1:29)
Sesungguhnya
Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu dan takkan
memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri terhadap bumi yang
menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan batu-batu mulia, yang
telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti 'Ad, Tsamud, para raja serta
kaisar Persia dan Romawi - daripada iri terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentera, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan peribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan redha dengan nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak mematuhi Allah, padahal ia menikmati kurnia-kurnia-Nya dan tak memanfaatkan kurnia-kurnia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentera, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan peribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan redha dengan nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak mematuhi Allah, padahal ia menikmati kurnia-kurnia-Nya dan tak memanfaatkan kurnia-kurnia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumkah
kau dengar keterangan ini:
"Sesungguhnya
akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari Kebangkitan, agar
daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan gunting, kerana mereka
melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan."
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, kerana pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya.
Maka tetanggamu akan menginginkan , pada Hari kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, kerana pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya.
Sedang
kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari makan,
minum, bersenang-senang kerana kesabaranmu dalam menghadapi nasibmu dan
keselarasanmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang yang
sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya dan memasrahkan
segala urusannya kepada Tuhan bumi dan lang
|
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, bererti ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan malam. Wahai manusia , jangan mengaku kepunyaanmu segala yang tak kau miliki. Esakanlah Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu. Dan siapa pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya. |
Melakukan sesuatu kerana nafsu, bukan kerana
perintah Allah, bererti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran.
Melakukan sesuatu, bukan kerana nafsu, bererti selaras dengan kebenaran, sedang
mencampakkannya, bererti kemunafikan.
Jangan
berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan
benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan terlepas dari semua hubungan
dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerimu dan kediamanmu, dengan pendengaranmu
dan penglihatanmu, dengan pembicaraan dan dengan diammu, dengan upaya, tindakan
dan pemikiranmu, dan dengan segala yang berasal darimu, sebelum kemaujudan
ruhanimu mewujud dalam dirimu. Dan semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan
ruhani bersemayam di dalam dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan
Tuhanmu. Bila kau menjadi seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahsia dari
segala rahsia dan yang ghaib dari segala yang ghaib, maka kau benar-benar
berbeza dengan segala yang rahsia, dan mengakui segala suatu sebagai musuh,
penghalang dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as berkata:
"Sesungguhnya
mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam." (QS 26:77)
Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikurniai hikmah, ma'rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa Allah; kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan demikian, kau akan tuli terhadap segala suatu selain-Nya: sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada padamu, ketahuilah bahawa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikurniai hikmah, ma'rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman di syurga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa Allah; kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan demikian, kau akan tuli terhadap segala suatu selain-Nya: sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada padamu, ketahuilah bahawa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
Akan
kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata,
"Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai
gabenor kota tertentu, memberinya pakaian kehormatan, bendera, panji-panji dan
tentera, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahawa hal itu akan kekal, bangga
dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan,
kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan
sang raja meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya
dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja
memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta memperlama
pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhina dan sengsara, akibat
ketakabburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan
semua ini terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia
menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari
penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali pakaian
kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gabenor. Ia menganugerahkan
semua ini kepada orang itu sebagai kurnia percuma. Kemudian ia menjadi teguh,
bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan hal-hal ghaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini kurnia-kurnia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian, isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya bahawa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, isteri, anak, dan mencabut darinya segala kurnia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikurniakan pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan hal-hal ghaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini kurnia-kurnia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, pakaian, isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya bahawa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, isteri, anak, dan mencabut darinya segala kurnia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon janji baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikurniakan pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Maka,
dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta
kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada.
Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari
sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa
kepadanya:
"Hentamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan kurnia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Hentamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan samudera kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya, menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan kurnia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada
jiwa yang tahu yang disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakkan mata
mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Keadaan
ruhani manusia itu: bahagia dan duka. Bila duka, maka timbul kecemasan,
keluhan, ketaksenangan, pencomelan, penyalahan terhadap perilaku buruk, dosa
kerana menyekutukan sang Pencipta dengan makhluk dan sarana-sarana duniawi, dan
akhirnya kekafiran. Bila bahagia, ia menjadi korban kerakusan, kehinaan hawa
nafsu. Bila nafsu diperturutkan, ia pun menginginkan yang lainnya dan
meremehkan kurnia yang dimilikinya; maka ia tak menghargai kurnia-kurnia ini
dan meminta kurnia yang lebih baik lagi, sehingga hal ini menempatkannya dalam
rangkaian kesulitan yang tak berakhir di dunia ini atau di akhirat, sebagaimana
dikatakan:
"Sesungguhnya
siksaan paling pedih iaitu bagi pengupayaan yang bukan bahagiannya."
Maka, bila ia dirundung kesulitan yang dikehendaki hanyalah sirnanya kesulitan itu. Ia menjadi lupa akan segala kurnia, dan tidak menghendaki sesuatupun dari hal ini. Bila ia dikurniai kebahagiaan hidup, maka ia kembali menjadi sombong, rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan tenggelam dalam dosa. Ia pun lupa akan kesengsaraannya ini dan bencana, yang korbannya adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk daripada kala ia diharu-biru aneka musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas dosa-dosanya, agar ia terjauhkan dari hal-hal ini dan menahannya dari perbuatan dosa di kemudian hari, setelah kemudahan dan kesenangan tak mengubahnya, tetapi keselamatannya terletak dalam musibah dan kesulitan.
Andai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu darinya, teguh dalam kepatuhan, bersyukur dan menerima nasibnya dangan senang hati, maka hal itu lebih baik baginya di dunia ini dan di akhirat. Maka, hidupmu akan kian bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia ini dan di akhirat, maka ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghindar dari mengeluh kepada orang, dan memperolehi kebutuhannya dari Tuhannya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, dan membuatnya sebagai kewajiban untuk mematuhi-Nya, harus menantikan kemudahan dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Ia, betapa pun, lebih baik ketimbang seluruh makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi kurnia, Penghukuman-Nya menjadi rahmat, musibah dari-Nya menjadi ubat, janji-Nya terpenuhi. Kemurahan-Nya merupakan kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu kebajikan. Tentu, firman-Nya, di kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan terhadapnya "Jadi," maka jadilah ia. Maka, seluruh tindakan-Nya baik, bijak dan tepat, kecuali bahawa Ia menyembunyikan pengetahuan tentang ketepatan-Nya dari hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri begini. Maka, lebih baik dan layak bagi para hamba untuk berpasrah dan mengabdi kepada-Nya, iaitu dengan menunaikan perintah-perintah-Nya, menghindari larangan-larangan-Nya, menerima ketentuan-Nya dan mencampakkan belaian makhluk - sebab hal ini merupakan sumber segala ketentuan, menguatnya mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab dan masa (kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya. Pernyataan ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, yang dikutip oleh Ata bin Abbas.
Maka, bila ia dirundung kesulitan yang dikehendaki hanyalah sirnanya kesulitan itu. Ia menjadi lupa akan segala kurnia, dan tidak menghendaki sesuatupun dari hal ini. Bila ia dikurniai kebahagiaan hidup, maka ia kembali menjadi sombong, rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan tenggelam dalam dosa. Ia pun lupa akan kesengsaraannya ini dan bencana, yang korbannya adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk daripada kala ia diharu-biru aneka musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas dosa-dosanya, agar ia terjauhkan dari hal-hal ini dan menahannya dari perbuatan dosa di kemudian hari, setelah kemudahan dan kesenangan tak mengubahnya, tetapi keselamatannya terletak dalam musibah dan kesulitan.
Andai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu darinya, teguh dalam kepatuhan, bersyukur dan menerima nasibnya dangan senang hati, maka hal itu lebih baik baginya di dunia ini dan di akhirat. Maka, hidupmu akan kian bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia ini dan di akhirat, maka ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghindar dari mengeluh kepada orang, dan memperolehi kebutuhannya dari Tuhannya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, dan membuatnya sebagai kewajiban untuk mematuhi-Nya, harus menantikan kemudahan dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Ia, betapa pun, lebih baik ketimbang seluruh makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi kurnia, Penghukuman-Nya menjadi rahmat, musibah dari-Nya menjadi ubat, janji-Nya terpenuhi. Kemurahan-Nya merupakan kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu kebajikan. Tentu, firman-Nya, di kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan terhadapnya "Jadi," maka jadilah ia. Maka, seluruh tindakan-Nya baik, bijak dan tepat, kecuali bahawa Ia menyembunyikan pengetahuan tentang ketepatan-Nya dari hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri begini. Maka, lebih baik dan layak bagi para hamba untuk berpasrah dan mengabdi kepada-Nya, iaitu dengan menunaikan perintah-perintah-Nya, menghindari larangan-larangan-Nya, menerima ketentuan-Nya dan mencampakkan belaian makhluk - sebab hal ini merupakan sumber segala ketentuan, menguatnya mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab dan masa (kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya. Pernyataan ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, yang dikutip oleh Ata bin Abbas.
Katanya:
"Ketika aku berada di belakang Rasulullah (saw), beliau berkata kepadaku, "Anakku, jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka kau akan mendapati-Nya di depanmu.' "
"Ketika aku berada di belakang Rasulullah (saw), beliau berkata kepadaku, "Anakku, jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka kau akan mendapati-Nya di depanmu.' "
Nah,
jika kau memerlukan pertolongan, mintalah kepada-Nya. Pena menjadi kering
setelah menuliskan segala yang akan terjadi. Dan jika hamba-hamba Allah
berupaya keras memberimu sesuatu yang tak Allah tentukan bagimu, maka mereka
takkan mampu melakukannya. Jika hamba-hamba Allah berupaya keras merugikanmu,
padahal Allah tak menghendakinya, maka mereka takkan berhasil.
Nah, jika kau dapat bertindak berdasarkan perintah-perintah Allah dengan sepenuh iman, lakukanlah. Tapi, jika kau tak mampu melakukan yang demikian, maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang tak kau sukai, sembari mengingat bahawa di dalamnya banyak kebaikan. Ketahuilah, bahawa pertolongan Allah datang melalui kesabaran dan keredhaan, dan dalam kesulitan itu ada kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis ini sebagai cermin bagi hatinya, sebagai pakaian lahiriah dan ruhaniah, sebagai slogan, dan hendaklah berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar selamat di dunia ini dan di akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaan darinya, dengan kasih-sayang Allah, Yang Maha mulia.
Nah, jika kau dapat bertindak berdasarkan perintah-perintah Allah dengan sepenuh iman, lakukanlah. Tapi, jika kau tak mampu melakukan yang demikian, maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang tak kau sukai, sembari mengingat bahawa di dalamnya banyak kebaikan. Ketahuilah, bahawa pertolongan Allah datang melalui kesabaran dan keredhaan, dan dalam kesulitan itu ada kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis ini sebagai cermin bagi hatinya, sebagai pakaian lahiriah dan ruhaniah, sebagai slogan, dan hendaklah berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar selamat di dunia ini dan di akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaan darinya, dengan kasih-sayang Allah, Yang Maha mulia.
Barangsiapa
meminta sesuatu dari manusia, bererti ia tak tahu akan Allah, lemah iman, lemah
pengetahuan tentang hakikat, dan tak sabar; sedang barangsiapa tak meminta,
bererti ia amat tahu akan Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, kuat imannya,
kian bertambah pengetahuan tentang-Nya dan ketakwaan kepada-Nya, Yang Maha
kuasa lagi Maha agung.
Sesungguhnya doa orang yang berpengetahuan
ruhani kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tak dikabulkan, dan setiap
janji yang dibuat kepadanya tak dipenuhi, agar ia tak hancur kerana
keterlalu-optimisan. Sebab setiap keadaan atau maqam ruhani mempunyai ketakutan
dan harap. Dengan demikian, orang yang berpengetahuan ruhani mengalami
kedekatan dengan-Nya, sehingga ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah.
Maka permohonan (sang pengabdi) agar doanya diterima dan janji kepadanya
dipenuhi, bertentangan dengan jalan dan keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tak
diatasi oleh harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa
akan kebaikannya dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua,
hal itu sama dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sebab tak satu pun di
dunia ini sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi. Kerana inilah, Ia tak
selalu mengabulkan doanya dan tak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia
tak meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi
perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan
dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat
kesyirikan. Tetapi bila doanya selaras dengan perintah, maka hal itu
mendekatkan manusia kepada Allah, semisal salat, puasa, kewajiban-kewajiban
lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan
kepada perintah.
Ketahuilah
bahawa ada dua macam manusia. Yang pertama ialah manusia yang dikurniai
kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah manusia yang diuji dengan
ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan duniawi, tak bebas dari noda
dosa dan kegelapan dalam menikmati yang mereka dapatkan itu.
Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan kurnia duniawi ini. Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara, dan tampak seolah-olah ia tak pernah menikmati sesuatu pun. Ia lupa akan kesenangan dan kelazatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia tak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap Tuhannya.
Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan kurnia duniawi ini. Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara, dan tampak seolah-olah ia tak pernah menikmati sesuatu pun. Ia lupa akan kesenangan dan kelazatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia tak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap Tuhannya.
Nah,
jika ia telah tahu bahawa Tuhannya sepenuhnya bebas bertindak sekehendak-Nya,
mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan, menghinakan, menghidupkan,
mematikan, memajukan dan memundurkan - jika ia telah tahu semua ini, maka ia
tak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tak merasa bahagia
di tengah-tengah kebahagiaan duniawi dan tak merasa bangga kerananya, juga tak
berputus asa akan kebahagiaan di kala duka. Perilaku salahnya ini disebabkan
juga oleh ketaktahuannya akan dunia ini, yang sebenarnya tempat ujian,
kepahitan, kejahilan, kepedihan dan kegelapan. Jadi kehidupan duniawi itu bak
pohon gaharu, yang rasa pertamanya pahit, sedang rasa akhirnya manis seperti
madu, dan tiada seorang pun dapat merasakan manisnya, sebelum ia merasakan
pahitnya. Tak seorang pun dapat mengecap madunya, sebelum ia tabah atas
kepahitannya. Maka, barangsiapa tabah atas cubaan-cubaan duniawi, maka ia berhak
mengecap rahmat-Nya.
Tentu,
seorang pekerja mesti diberi upah setelah keningnya berkeringat, tubuh dan
jiwanya letih. Maka, bila orang telah merasa semua kepahitan ini, maka datang
kepadanya makanan dan minuman lazat, pakaian yang bagus dan kesenangan meski
sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang bahagian pertamanya ialah kepahitan,
bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur dengan kepahitan, sehingga si
pemakan tak mungkin mencapai dasar bejana, dan yang dimakannya hanyalah madu
murninya sampai ia mengecap pucuknya.
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan perintah Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menjauh dari larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah merasa kepahitannya, menahan bebannya, berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud peribadinya, maka Allah mengurniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik, kesenangan, kasih-sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan menyuapinya persis seperti seorang bayi yang disuapi, yang tak berdaya, yang tak berupaya keras di dunia ini dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bahagian bawah isi bejana. Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikurniai oleh Allah, untuk tak merasa aman dari cubaan-Nya, untuk tak merasa yakin akan kekekalannya, agar tak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata:
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan perintah Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, menjauh dari larangan-Nya, dan pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah merasa kepahitannya, menahan bebannya, berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud peribadinya, maka Allah mengurniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik, kesenangan, kasih-sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan menyuapinya persis seperti seorang bayi yang disuapi, yang tak berdaya, yang tak berupaya keras di dunia ini dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bahagian bawah isi bejana. Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikurniai oleh Allah, untuk tak merasa aman dari cubaan-Nya, untuk tak merasa yakin akan kekekalannya, agar tak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata:
"Kebahagiaan
duniawi merupakan sesuatu yang ganas; maka jinakkanlah ia dengan
kesyukuran."
Jadi,
mensyukuri rahmat bererti mengakui sang Pemberinya, Yang Maha pemurah, iaitu
Allah, senantiasa mengingatnya, tak mengklaim atas-Nya, tak mengabaikan
perintah-Nya, dan diiringi dengan penunaian kewajiban terhadap-Nya, yakni
mengeluarkan zakat, membersihkan diri, bersedekah, berkorban sebagai nazar, meringankan
beban penderitaan kaum lemah dan membantu mereka yang memerlukan , yang
mengalami kesulitan dan yang keadaannya berubah dari baik menjadi buruk, iaitu,
yang masa-masa bahagia dan harapannya telah berubah menjadi kedukaan.
Bersyukurnya anasir tubuh atas rahmat berupa digunakannya anasir tubuh itu
untuk menunaikan perintah-perintah Allah dan mencegah diri dari hal-hal yang
haram, dari kekejian dan dosa.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tanamannya dan memacu tubuhnya dedahanan dan dedaunannya; mempercantik buahnya, memaniskan rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakkan pemetikannya dan membuat rahmatnya mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, dan menganugerahinya kehidupan abadi di taman-taman syurga bersama dengan para Nabi Suci, shiddiq, syahid dan shalih - inilah suatu kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya fatamorgananya, yang kesemuanya bagai embusan sepoi angin dingin di pagi musim panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking; dan menjadi lupa akan bisa mautnya dan tipuannya - kesemuanya ini akan menghancurkannya - orang seperti itu mesti diberi khabar-khabar gembira tentang penolakan, kehancuran yang segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Cubaan atas manusia - kadang berupa hukuman atas pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatnya. Kadang berupa pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam ruhani manusia, yang baginya rahmat Tuhan semesta terkurniakan sebelumnya, yang melalukannya dari bencana dengan kelembutan, sebab cubaan semacam itu tak dimaksudkan untuk menghancurkan dan mencampakkannya ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari kesyirikan, kebanggaan diri, kemunafikan, dan membuat kurnia cuma-cuma, sebagai pahala baginya, dari berbagai pengetahuan, rahsia dan nur.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tanamannya dan memacu tubuhnya dedahanan dan dedaunannya; mempercantik buahnya, memaniskan rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakkan pemetikannya dan membuat rahmatnya mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa mengingat-Nya, yang kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam kasih-sayang-Nya, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, dan menganugerahinya kehidupan abadi di taman-taman syurga bersama dengan para Nabi Suci, shiddiq, syahid dan shalih - inilah suatu kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya fatamorgananya, yang kesemuanya bagai embusan sepoi angin dingin di pagi musim panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking; dan menjadi lupa akan bisa mautnya dan tipuannya - kesemuanya ini akan menghancurkannya - orang seperti itu mesti diberi khabar-khabar gembira tentang penolakan, kehancuran yang segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Cubaan atas manusia - kadang berupa hukuman atas pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatnya. Kadang berupa pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam ruhani manusia, yang baginya rahmat Tuhan semesta terkurniakan sebelumnya, yang melalukannya dari bencana dengan kelembutan, sebab cubaan semacam itu tak dimaksudkan untuk menghancurkan dan mencampakkannya ke dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk dipilih dan mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari kesyirikan, kebanggaan diri, kemunafikan, dan membuat kurnia cuma-cuma, sebagai pahala baginya, dari berbagai pengetahuan, rahsia dan nur.
Nah,
bila orang ini menjadi bersih ruhani dan jasmani, dan hatinya menjadi suci,
bererti Ia telah memilihnya di dunia ini dan di akhirat - di dunia ini yakni
melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui jasmaninya. Maka segala
bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus hubungan dengan manusia,
sarana duniawi dan dambaan-dambaan, dan menjadi pelebur kesombongan, ketamakan
dan harapan akan imbalan syurga atas penunaian perintah-perintah.
Cubaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya kekurang sabaran atas cubaan-cubaan ini, dengan mengaduh dan mengeluh kepada orang. Cubaan yang berupa penyucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran, ketak-mengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah, ketak engganan dan kepatuhan. Cubaan yang berupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya keredhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi dan langit, dan penafian diri sepenuhnya dalam cubaan ini, hingga saat berlalunya.
Cubaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya kekurang sabaran atas cubaan-cubaan ini, dengan mengaduh dan mengeluh kepada orang. Cubaan yang berupa penyucian dan penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran, ketak-mengeluhan kepada sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah, ketak engganan dan kepatuhan. Cubaan yang berupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya keredhaan, kedamaian dengan kehendak Allah, Tuhan bumi dan langit, dan penafian diri sepenuhnya dalam cubaan ini, hingga saat berlalunya.
Nabi Suci saw. bersabda dari Rabnya:
"Barangsiapa senantiasa mengingat-Ku
dan tak sempat minta sesuatu pun dari-Ku, maka akan Kuberikan kepadanya yang
lebih baik daripada yang Kuberikan kepada mereka yang meminta."
Hal ini dikeranakan bila Allah menghendaki
seorang mukmin bagi maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melalukannya melalui
aneka keadaan ruhani, dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia
membuatnya sedih setelah senang, dan membuatnya hampir minta kepada orang,
sedang tiada jalan terbuka baginya; lalu menyelamatkannya dari meminta dan
membuatnya hampir meminjam kepada orang.
Lalu Ia menyelamatkannya dari meminjam, dan
membuatnya bekerja mencari nafkah dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia
dengan perolehannya, dan hal ini selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit
mendapatkan rezeki dan memerintahkannya, lewat ilham, untuk meminta kepada manusia.
Inilah sebuah perintah tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang yang
bersangkutan. Dan Ia membuat permintaan ini sebagai pengabdiannya dan berdosa
melecehkannya, sehingga keangkuhannya pupus, kediriannya hancur, dan inilah
pembinaan ruhani. Permintaannya kerana dipaksa oleh Allah, bukan kerana
kesyirikan. Lalu Ia menyelamatkannya dari keadaan begini, dan memerintahkannya
untuk meminjam kepada orang, dengan perintah yang kuat yang tak mungkin lagi
dielakkan, sebagaimana halnya dengan keadaan meminta.
Lalu Ia mengubahnya dari keadaan ini,
menjauhkannya dari orang dan hanya bertumpu pada permintaannya kepada-Nya. Maka
ia meminta kepada Allah segala yang diperlukannya. Ia memberinya, dan tak
memberinya jika ia tak memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah
menjadi meminta lewat hati. Maka ia meminta kepadanya segala yang
dibutuhkannya, sehingga bila ia memintanya dengan lidah, Ia tak memberinya,
atau bila ia meminta kepada orang, mereka juga tak memberinya.
Lalu Ia menafikannya dari dirinya dan dari
meminta baik secara terbuka mahupun tersembunyi. Maka Ia mengurniainya segala
yang membuat orang menjadi baik, - segala yang dimakan, diminum, dipakai dan
keperluan hidup tanpa upaya atau tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya,
dan ini sesuai dengan ayat: "Sesungguhnya waliku adalah Allah yang telah
menurunkan Al-Kitab dan Ia adalah wali para saleh." ("S 7:196)
Maka firman Allah yang diterima oleh Nabi
saw. menjadi kenyataan, yakni, "Barangsiapa tak sempat meminta sesuatu
dari-Ku, maka Aku akan memberinya lebih dari yang Kuberikan kepada mereka yang
meminta," dan inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan yang dimiliki
oleh para wali dan badal. Pada peringkat ini, ia dikurniai daya cipta, dn
segala yang dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana firman-Nya di
dalam Kitab-Nya: "Wahai anak Adam! Aku adalah Tuhan, tiada tuhan
selain-Ku; bila Kukatakan kepada sesuatu "jadilah", maka jadilah ia.
Patuhilah Aku, sehingga bila kau berkata kepada sesuatu "jadilah",
maka juga, jadilah sesuatu itu."
Seorang
tua bertanya kepadaku dalam mimpiku: "Apa yang membuat seorang hamba Allah
dekat kepada Allah?"
Aku berkata: "Proses ini berawal dan
berakhir, awalnya iaitu kesalehan dan akhirnya iaitu keredhaan kepada Allah dan
kepasrahan diri sepenuhnya kepada-Nya."
Seorang
mukmin, pertama-tama, menunaikan yang wajib. Bila ia telah menunaikan yang
wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bila ia telah menunaikan keduanya, maka
ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila seseorang belum melaksanakan yang wajib,
sedang ia melaksanakan yang sunnah, maka hal itu merupakan kebodohan, takkan
diterima dan ia akan hina. Ia seperti orang yang diminta untuk mengabdi kepada
raja, namun ia tak mengabdi kepadanya, tapi ia mengabdi kepada hamba sang raja
yang berada di bawah kekuasaannya. Diriwayatkan oleh Ali, putera Abu Thalib
(as), bahawa Nabi Suci saw. berkata: "Ibarat tentang orang yang menunaikan
yang sunnah, padahal ia belum menunaikan yang wajib, ialah seperti wanita hamil
yang keguguran di kala akan melahirkan. Dengan demikian, ia tak hamil lagi dan
tak jadi menjadi ibu."
Begitu
pula dengan orang yang beribadah, yang Allah tak menerima penunaiannya akan
yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib. Hal ini juga seperti usahawan
yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun sebelum ia mengelola modalnya.
Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang sunnah, yang takkan diterima
jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang wajib. Begitu pula dengan orang
yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan hal-hal yang tak ditentukan oleh
aturan apa pun. Nah, di antara kewajiban-kewajiban itu ialah penjauhan dari
yang haram, dari mengabaikan ketentuan-Nya, dari dari menimpali suara manusia,
dari mengikuti kehendak mereka, dari berpaling dari perintah Allah, dan dari
Ketakpatuhan kepada-Nya. Nabi saw. bersabda: "Tiada kepatuhan, selagi
masih berbuat dosa terhadap Allah."
Barangsiapa
lebih menyukai tidur daripada salat malam, yang membawa ke arah ketakwaan,
bererti ia memilih sesuatu yang buruk, sesuatu yang mematikannya dan membuatnya
acuh tak acuh terhadap segala keadaan. Sebab, tidur adalah saudara kematian.
Kerananya, Allah tak tidur, sebab Ia bersih dari segala kecacatan. Begitu pula
dengan para malaikat, sebab mereka senantiasa amat dekat dengan Allah Yang Maha
kuasa lagi Maha agung. Begitu pula dengan penghuni langit, sebab mereka sangat
mulia dan suci, sebab tidur akan menghancurkan keadaan hidup mereka. Jadi,
kebaikan terletak pada keberjagaan, sedang keburukan terletak pada ke-tidur-an
dan ketak acuhan terhadap upaya.
Nah,
barangsiapa makan, minum dan tidur berlebihan, maka lenyaplah kebaikan dari
dirinya. Barangsiapa makan sedikit dari yang haram, maka ia serupa dengan orang
yang makan banyak dari yang halal. Sebab sesuatu yang haram menggelapi iman.
Bila iman gelap, maka doa, ibadah dan jihad tak maujud. Barangsiapa makan
banyak dari yang halal berdasarkan perintah Allah, maka ia menjadi seperti
orang yang makan sedikit dengan penuh pengabdian. Jadi, sesuatu yang halal
ialah cahaya yang ditambahkan pada cahaya, sedang sesuatu yang haram ialah
kegelapan yang ditambahkan pada kegelapan, yang didalamnya tiada kebaikan; maka
makan sesuatu yang halal dengan berlebihan, tak merujuk kepada perintah, adalah
seperti makan sesuatu yang haram, dan hal itu menyebabkan tidur, yang di
dalamnya tiada kebaikan.
Kau
mungkin dekat kepada Allah atau jauh dari-Nya.
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah diri, tak berupaya mendapatkan rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan diri di dunia ini dan di akhirat. Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap. Sayap pertama berupa penolakan akan kesenangan, keinginan-keinginan tak halal; sayap kedua berupa penanggungan kepedihan, hal-hal tak menyenangkan dan menjauhkan diri dari keinginan duniawi dan ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat kepada-Nya. Maka kau perolehi segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau menjadi demikian terhormat dan mulia. Jika kau termuliakan dengan kelembutan-Nya, menerima cinta-Nya, dan menerima kasih sayang-Nya, maka tunjukkanlah perilaku terbaik dan jangan berbangga diri dengan semua itu, agar kau tak lalai mengabdi, tak angkuh, tak lazim dan tak tergesa-gesa. Allah berfirman:
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah diri, tak berupaya mendapatkan rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan diri di dunia ini dan di akhirat. Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap. Sayap pertama berupa penolakan akan kesenangan, keinginan-keinginan tak halal; sayap kedua berupa penanggungan kepedihan, hal-hal tak menyenangkan dan menjauhkan diri dari keinginan duniawi dan ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat kepada-Nya. Maka kau perolehi segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau menjadi demikian terhormat dan mulia. Jika kau termuliakan dengan kelembutan-Nya, menerima cinta-Nya, dan menerima kasih sayang-Nya, maka tunjukkanlah perilaku terbaik dan jangan berbangga diri dengan semua itu, agar kau tak lalai mengabdi, tak angkuh, tak lazim dan tak tergesa-gesa. Allah berfirman:
"Sesungguhnya
manusia itu amat lazim dan bodoh." (QS. 33:72)
"Dan
manusia itu bersifat tergesa-gesa." (QS. 17:11)
Lindungilah
hatimu dari kecondongan kepada orang dan keinginan-keinginan yang telah kau
campakkan, dari ketidak-sabaran, dari ketak-selarasan dan dari ketak-redhaan
kepada Allah di kala ditimpa musibah. Campakkanlah dirimu ke hadapan-Nya dengan
sikap seperti bola di kaki pemain polo yang menggelekkannya dengan stiknya,
bagai jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, dan bagai bayi di
pangkuan ibu. Butalah terhadap segala selain-Nya agar tak kau lihat sesuatu pun
selain-Nya - tiada kemaujudan, kemudharatan, manfaat, kurnia dan penahan
kurnia. Anggaplah orang dan sarana duniawi di kala menderita dan ditimpa
musibah sebagai cambuk-cambuk-Nya yang dengan keduanya Ia mencambukmu. Dan
anggaplah keduanya di kala suka sebagai tangan-Nya yang menyuapimu
Orang
saleh menerima pahala dua kali lipat. Pertama, kerana penolakannya akan dunia,
sehingga ia tak terpesona olehnya, bertentangan dengan kedirian, dan memenuhi
perintah Allah, sehingga ia terpilahkan darinya. Bila ia menjadi musuh diri,
maka ia menjadi pentahkik kebenaran, pilihan Allah, badal dan arif (yang tahu
kebenaran). Maka ia diperintahkan untuk berhubungan dengan dunia, sebab kini
dalam dirinya maujud sesuatu yang tak dapat dibuang dan tak tercipta dalam
orang lain. Setelah hal itu tertulis, pena takdir menjadi kering, dan
tentangnya Allah telah tahu sebelumnya. Bila perintah telah dipenuhi, maka ia
mengambil bahagian duniawinya atau, dengan menerima ma'rifat, ia berhubungan
dengan dunia dengan berlaku sebagai wahana takdir dan tindakan-Nya, tanpa
keterlibatannya, tanpa keinginannya dan tanpa upayanya - ia diberi pahala
kerana hal ini untuk kedua kalinya, kerana ia melakukan semua ini demi mematuhi
perintah Allah.
Bila dikatakan - bagaimana mungkin kau menyatakan tentang pahala orang yang telah berada pada maqam ruhani yang sangat tinggi dan yang, menurutmu, telah menjadi badal dan arif, telah lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya, pemudahan-Nya dan pertolongan-Nya, dan orang yang percaya bahawa ia hanyalah hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahawa dirinya, gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah dikatakan, tentang orang semacam itu bahawa ia diberi pahala, mengingat ia tak meminta upah atau sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak melihat sesuatu tindakan sebagai berasal darinya, tapi memandang dirinya sebagai orang yang hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian, maka jawabannya adalah: "Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan rahmat-Nya baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan kasih, kelembutan dan kurnia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari hal-hal, dari dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi kehidupan dan dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi seperti bayi yang tak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan kelembutan rahmat-Nya dan rezeki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang menjadi pembimbing dan penjaminnya."
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam hal-halnya, maka Ia membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih dan sayang-Nya di hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong kepadanya dan memperlakukannya dengan baik. Dengan begini segala selain Allah menjadi tak berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya, menghamba kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat untuk menjaganya dari segala musibah. Nabi Saw, bersabda:
Bila dikatakan - bagaimana mungkin kau menyatakan tentang pahala orang yang telah berada pada maqam ruhani yang sangat tinggi dan yang, menurutmu, telah menjadi badal dan arif, telah lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak dan harapan akan pahala atas kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam semua kepatuhan dan penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya, pemudahan-Nya dan pertolongan-Nya, dan orang yang percaya bahawa ia hanyalah hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahawa dirinya, gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah dikatakan, tentang orang semacam itu bahawa ia diberi pahala, mengingat ia tak meminta upah atau sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak melihat sesuatu tindakan sebagai berasal darinya, tapi memandang dirinya sebagai orang yang hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian, maka jawabannya adalah: "Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan rahmat-Nya baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan kasih, kelembutan dan kurnia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari hal-hal, dari dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi kehidupan dan dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi seperti bayi yang tak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan kelembutan rahmat-Nya dan rezeki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang menjadi pembimbing dan penjaminnya."
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam hal-halnya, maka Ia membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih dan sayang-Nya di hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong kepadanya dan memperlakukannya dengan baik. Dengan begini segala selain Allah menjadi tak berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya, menghamba kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat untuk menjaganya dari segala musibah. Nabi Saw, bersabda:
"Sesungguhnya
pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) dan Dia
melindungi orang-orang saleh."
Allah
menguji sekelompok mukmin yang menjadi khalifah-khalifah-Nya dan yang memiliki
ilmu ruhani, agar mereka berdoa kepadanya, dan Dia senang menerima doa-doa
mereka. Bila mereka berdoa, Ia senang menerima doa mereka, agar bisa Ia
anugerahi kemurahan haknya, sebab ia memohon kepada Allah Yang Maha perkasa
lagi Maha agung di kala mereka berdoa untuk menerima doa mereka, dan
kadang-kadang tidak segera diterima, bukan kerana ditolak. Maka sang hamba
Allah mesti menunjukkan sikap baik di kala ditimpa musibah, dan menelaah apakah
ia telah mengabaikan perintah atau melanggar hal-hal terlarang, secara nyata
atau tersembunyi, atau menyalahkan ketentuan-Nya, kerana lebih sering ia diuji
sebagai hukuman atas dosa-dosa semacam itu. Bila musibah berlalu, dia mesti
selalu berdoa, berendah diri, meminta maaf dan memohon kepada Allah, kerana
mungkin ujian itu dimaksudkan untuk membuatnya terus berdoa dan memohon; dan ia
tak boleh menyalahkan Allah kerana penundaan pengabulan doanya sebagaimana
telah kami bicarakan.
Mintalah
kepada Allah keredhaan akan ketentuan-Nya, atau kemampuan meluruh dalam
kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak kesenangan dan keunikan besar di
dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan sarana untuk dicintai-Nya.
Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya di dunia ini dan di akhirat.
Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan Allah, kebersatuan dengan-Nya
dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu berupaya meraih kenikmatan hidup ini,
kerana hal ini tak dimaksudkan bagimu. Bila hal itu tak dimaksudkan, maka
bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan hal itu juga sangat dikutuk,
sebagaimana dikatakan: "Di antara siksa paling besar ialah berupaya meraih
yang tak ditentukan oleh-Nya."Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu
hanyalah kesetiaan yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan
kebenaran. Berupaya kerana meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha agung adalah syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniawi,
tak tulus dalam cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang
menyekutukan-Nya, maka ia pendusta.
Begitu
pula, orang yang mengharapkan balasan bagi tindakannya adalah tak ikhlas.
Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya untuk memberi Rabubiyyah, iaitu
sifat Allah yang mengatur alam semesta, pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi
kepada-Nya kerana Ia adalah Tuhannya dan patut diabdi, dan wajib baginya
berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya, mengingat bahawa ia sepenuhnya
milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan upayanya. Hamba dan segala miliknya
milik Tuannya. Bukankah harus begitu? Sebagaimana telah kami nyatakan, semua
pengabdian merupakan rahmat Allah dan kurnia-Nya atas hamba-Nya, kerana Dialah
yang memberinya daya bertindak dan daya mengatasinya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bahagian duniawi mereka nampak tempang, kecil dan menjijikkan,dan bahagian duniawi yang lain nampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, kerana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih kenikmatan duniawi, bila telah kau lihat sejumlah besar orang, bila kenikmatan duniawi berlimpah tak berkeputusan, mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi mereka? Bahagian duniawi mereka nampak tempang, kecil dan menjijikkan,dan bahagian duniawi yang lain nampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan mulailah mereka berupaya meraihnya meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini, kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua, kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka, upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka terhadap perintah-Nya. Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi dalam kehidupan ini dan di akhirat, kerana itu, mereka berupaya mendapatkan pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tak mendapatkan yang mereka upayakan, tapi hanya membazirkan kehidupan duniawi dan akhirat mereka; merekalah seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam lahir dan batin.
Mereka
menjadi redha kepada takdir-Nya, puas dengan kurnia-Nya dan patuh kepada-Nya.
Bahagian duniawi mereka datang kepada mereka tanpa diupayakan dan dicemaskan;
mereka menjadi dekat dengan Allah yang Maha mulia, dan menerima dari-Nya segala
yang mereka dambakan. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang redha
dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam kehendak-Nya dan yang mendapatkan
kesihatan dan kekuatan ruhani untuk melakukan yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa
menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya mengabaikan dunia.
Barangsiapa menghendaki Allah, maka wajib baginya mengabaikan kehidupan
akhirat. Ia harus mencampakkan kehidupan duniawinya demi Tuhannya. Selama
keinginan, kesenangan dan upaya duniawi dan di dalam hatinya seperti makan,
minum, berpakaian, menikah, tempat tinggal, kenderaan, jabatan, ketinggian
dalam pengetahuan tentang lima pilar ibadah dan hadis dan penghafalan Al-Quran
dengan segala bacaan, bahasa dan retorikanya, begitu pula keinginan akan
lenyapnya kemiskinan, maujudnya kekayaan, berlalunya musibah, datangnya
kesenangan, hilangnya kesulitan dan datangnya kemudahan - jika keinginan
semacam itu masih bersemayam di dalam benak orang, maka itu tentu bukan seorang
saleh, kerana dalam segala hal ini ada kenikmatan bagi diri manusia dan
keselarasan dengan kehendak jasmani, kesenangan jiwa dan kecintaannya. Hal-hal
ini merupakan kehidupan duniawi, yang di dalamnya orang senang kebaikan, dan
dengannya orang mencuba mendapatkan kepuasan dan ketentraman jiwa.
Orang
harus berupaya meniadakan hal-hal ini dari hatinya, dan mempersiapkan diri
untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa, dan berupaya bersenang
dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di dalam hatinya kesenangan
mengisap biji korma, sehingga pematangannya dari kehidupan duniawi menjadi
suci.
Bila
ia telah menyempurnakannya, segala dukacita hatinya dan kecemasan benaknya akan
sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan, kehidupan yang baik dan keintiman
dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.: "Mengabaikan dunia
menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani."
Tapi
selama masih ada di dalam hatinya kesenangan kepada dunia ini, maka dukacita
dan ketakutan tetap bersemayam di dalam hatinya, dan kehinaan mengiringnya,
begitu pula keterhijaban dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung, oleh
tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini tak beranjak, kecuali melalui
kecintaan akan dunia ini dan pemutusan darinya.
Ia
harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tak menghendaki kedudukan dan darjat
tinggi, pembantu-pembantu cantik, rumah-rumah, kenderaan, pakaian, hiasan,
makanan, minuman, dan hal-hal lain sejenisnya, yang disediakan oleh Allah Yang
Maha besar bagi hamba-hamba beriman-Nya.
Maka janganlah cuba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia kan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai kurnia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tak terlihat oleh mata, yang tak terdengar oleh telinga, dan yang tak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tak dapat difahami dan tak dapat dijelaskan.
Maka janganlah cuba mendapatkan balasan, atas sesuatu tindakan, dari Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung di dunia ini atau di akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan kemurahan-Nya. Maka Ia kan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan kelembutan-Nya, dan Ia memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai kurnia dan kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan di bawalah ia ke akhirat untuk mengecap yang tak terlihat oleh mata, yang tak terdengar oleh telinga, dan yang tak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tak dapat difahami dan tak dapat dijelaskan.
Kesenangan
hidup dicampakkan tiga kali. Pada awalnya sang hamba Allah berada dalam
kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak berdasarkan dorongan-dorongan
alaminya dalam segala keadaan, tanpa sikap pengabdian terhadap Tuhannya dan
tanpa memerhatikan hukum agama. Dalam keadaan begini, Allah memandangnya penuh
kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya pengingat dari sesamanya, seorang hamba
saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga terdapat dalam dirinya sendiri. Kedua
pengingat ini jaya atas dirinya, dan peringatan menimbulkan pengaruh pada
jiwanya. Maka noda yang ada padanya, seperti memperturutkan kehendak dirinya
dan penentangannya terhadap kebenaran, sirna. Maka condonglah ia kepada hukum
Allah dalam segala gerak-gerinya.
Menjadilah
sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan hukum-Nya, lepas dari alamnya,
membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula hal-hal yang meragukan dan
pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang halal dalam makan, minum,
berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain: dan semua ini sangat
muhim bagi kesihatan jasmani dan bagi mendapatkan kekuatan untuk mengabdi
kepada-Nya, agar ia bisa memperolehi bahagian dan orang tak bisa melampauinya -
takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih dan menyempurnakannya.
Maka ia berjalan di atas jalur kebenaran dalam keadaan hidupnya, sehingga hal
ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan menjadikannya pembukti kebenaran
dan orang pilihan, yang memiliki pernyataan yang kukuh, yang haus akan hakikat,
iaitu Allah. Maka ia makan dengan perintah-Nya, dan (sang salik) mendengar
suara Allah di dalam dirinya berkata, "Campakkanlah dirimu dan
campakkanlah kesenangan dan ciptaan, jika kau menghendaki sang Pencipta.
Lepaskanlah sepatu dunia dan akhiratmu. Nafilah dari segala kemaujudan, hal-hal
yang akan maujud dan segala dambaan. Lepaslah dari segala suatu. Berbahagialah
dengan Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlasan dalam kehendak. Mendekatlah
kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan
duniawi, orang-orang dan kesenangan." Bila ia meraih maqam ini, maka ia
menerima pakaian kemuliaan dan aneka kurnia. Dikatakan kepadanya, pakailah
dirimu dengan rahmat dan kurnia, jangan berburuk-laku menilai dan menampik
keinginan-keinginan, kerana penolakan terhadap kurnia raja sama dengan
menekannya dan meremehkan kekuasaannya. Maka ia terselimuti kurnia dan
anugerah-Nya tanpa berupaya.
Sebelumnya
ia terkuasai oleh keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan dirinya. Maka
dikatakan kepadanya, "Selimutilah dirimu dengan rahmat dan kurnia
Allah." Maka baginya empat keadaan, dalam meraih kenikmatan dan kurnia.
Yang pertama ialah dorongan
alami, ini tak halal.
Yang kedua ialah hukum, ini diperbolehkan dan
absah.
Yang ketiga adalah perintah batin, ini adalah
keadaan para wali dan pencampakan keinginan.
Yang keempat ialah kurnia Allah,
ini adalah keadaan lenyapnya tujuan dan tercapainya badaliyya dan keadaan
menjadi objek-Nya, yang berdiri di atas ketentuan-Nya; ini adalah keadaan tahu
dan keadaan memiliki kesalehan, dan tak seorang pun bisa disebut saleh, jika ia
belum meraih maqam ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah: "Sesungguhnya
Waliku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang
saleh (baik)."(QS. 12:196).
Menjadilah
ia seorang hamba yang tertahan dari menggunakan sesuatu, memanfaatkan diri dan
dari menolak sesuatu yang mudharat baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan
perawat dan seperti jasad mati yang sedang dimandikan orang. Maka Allah
membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa upayanya, ia lepas dari segala hal
ini, tak berkeadaan atau bermaqam, tak berkehendak melainkan berada di atas
ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang memudahkannya, kadang membuatnya
kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tak punya pilihan, dan tak menghendaki
berlalunya keadaan dan perubahannya. Sebaliknya, ia menunjukkan keredhaan
abadi. Inilah keadaan ruhani terakhir yang dicapai oleh para badal dan wali.
Bila
hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan
dunia dan akhirat, maka ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha
perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi
pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima kurnia-Nya
melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan
Ia tak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilih
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, redha
dengan keredhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tak melihat suatu kemaujudan
pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka Allah
menjanjikan kepadanya dan tak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sama
hamba dalam hal ini tak datang kepadanya, kerana keterpisahan lenyap dengan
lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya
menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada janji atau
pun pengingkaran janji dalam hal ini, kerana hal ini ada pada orang yang
berkeinginan. Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung
terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang yang
berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah
kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi
Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang
membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami
hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik.
Tidakkah kau tahu bahawa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)
Ketika
Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat tertentu,
sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci, sehubungan
dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu menginginkan barang-barang
lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Maha kuasa
lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan kerana hukum Allah yang telah berlaku,
sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau
lakukan."(QS.8:67-68)
Nabi
saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya
dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di tengah-tengah
ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firman-Nya:
"Tidakkah
kau tahu bahawa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106) Dengan kata
lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya
mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian
setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.
Segala
pengalaman spiritual merupakan pengekangan, sebab sang wali diperintahkan untuk
menjaga hal-hal itu. Segala yang diperintahkan untuk dijaga menimbulkan
pengekangan. Berada dalam ketentuan Allah merupakan kemudahan, sebab yang
diperintahkan hanyalah memaujudkan diri dalam ketentuan-Nya. Sang wali tak
boleh bersitegang dalam masalah ketentuan-Nya. Ia harus selaras dan tak boleh
bertentangan dengan segala yang terjadi pada dirinya, entah manis atau pahit.
Pengalaman itu terbatas, maka dari itu diperintahkan untuk menjaga pengalaman
itu. Di lain pihak, kehendak Allah, yang merupakan ketentuan, tak terbatas.
Isyarat
bahawa hamba Allah telah mencapai kehendak-Nya dan kemudahan ialah
diperintahkan-Nya ia untuk meminta kenikmatan-kenikmatan setelah diperintahkan
untuk mencampakkannya dan menjauh darinya, sebab bila ruhaninya hampa akan
kenikmatan, dan yang tinggal dalam dirinya hanyalah Tuhan, maka ia dimudahkan
dan diperintahkan untuk meminta, mendambakan dan menginginkan hal-hal yang
menjadi haknya dan yang bisa ia peroleh melalui permintaannya akan hal-hal itu,
sehingga harga dirinya di mata Allah, kedudukannya dan kurnia Allah Yang Maha
perkasa lagi Maha agung, dengan diterimanya doanya, menjadi kenyataan.
Menggunakan lidah untuk meminta kenikmatan sangat menunjukkan hal setelah
pengekangan dan keluar dari segala pengalaman, kedudukan dan dari upaya keras
menjaga batas.
Bila ditolak bahawa lenyapnya kesulitan dalam menjaga hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya:
Bila ditolak bahawa lenyapnya kesulitan dalam menjaga hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya:
"Abdilah
Tuhanmu sampai kematian datang kepadamu." (QS.15:99)
Jawabku ialah bahawa hal ini tak bererti begitu dan takkan begitu, tetapi bahawa Allah amat pemurah dan wali-Nya amat dicintai-Nya, sehingga Dia tak dapat mengizinkannya untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu, menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas hukum. Maka ia terlindung dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tak sedar akan keadaan ini dikeranakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman:
Jawabku ialah bahawa hal ini tak bererti begitu dan takkan begitu, tetapi bahawa Allah amat pemurah dan wali-Nya amat dicintai-Nya, sehingga Dia tak dapat mengizinkannya untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu, menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas hukum. Maka ia terlindung dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tak sedar akan keadaan ini dikeranakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman:
"Demikianlah,
agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia adalah
salah satu dari hamba-hamba terpilih kami." (QS.12:24)
"Sesungguhnya
terhadap hamba-hamba-Ku kau tak berkuasa." (QS.15:42)
"Kecuali
hamba-hamba Allah yang dibersihkan." (QS.37:40)
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan kasih-sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian mendekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya! Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan kasih-sayang sempurna sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan kurnia-kurnia sempurna-Nya melalui tindak kasih-sayang-Nya!
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan kasih-sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian mendekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya! Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan kasih-sayang sempurna sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan kurnia-kurnia sempurna-Nya melalui tindak kasih-sayang-Nya!
Butalah
terhadap segala hal. Tutuplah matamu terhadap sesuatu pun dari hal-hal itu.
Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal itu, maka kurnia dan kedekatan Allah
SWT akan tertutup bagimu. Oleh kerana itu, tutuplah segala hal dengan
kesedaranmu akan keesaan Allah dan dengan peniadaan diri. Maka akan tampak oleh
mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan kedua mata hatimu
ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur keyakinan teguhmu.
Pada saat itu cahaya ruhanimu akan mewujud pada lahiriahmu bak cahaya sebuah
lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya sehingga sisi luar
rumah menjadi cerah oleh cahaya dari dalam. Maka diri dan anasir tubuh akan
merasa redha dengan janji Allah dan kurnia-Nya.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketak-acuhan dan kebodohanmu, agar ia tak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tak bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan tertutup bagimu dan kurnia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran kesyirikanmu. Nah, bila telah kau sedari keesaan-Nya, telah kau lihat kurnia-Nya, kau hanya berharap kepada-Nya dan telah kau butakan dirimu terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan mengasihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan, akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu kurnia-kurnia, akan menolongmu, akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaan serta dari dirimu sendiri, dan akan membuatmu tiada, sehingga kau takkan melihat baik kemiskinanmu mahupun kekayaanmu.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketak-acuhan dan kebodohanmu, agar ia tak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tak bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan tertutup bagimu dan kurnia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran kesyirikanmu. Nah, bila telah kau sedari keesaan-Nya, telah kau lihat kurnia-Nya, kau hanya berharap kepada-Nya dan telah kau butakan dirimu terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan mengasihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan, akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu kurnia-kurnia, akan menolongmu, akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaan serta dari dirimu sendiri, dan akan membuatmu tiada, sehingga kau takkan melihat baik kemiskinanmu mahupun kekayaanmu.
Jika
kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan
bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar
kau bisa redha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan
akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan
ruhaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila
kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati mahupun anasir
tubuh.
Bersyukurlah
lidah berupa pengakuan bahawa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari
menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat
sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana sampainya rahmat.
Pemberi dan pencipta sejati rahmat iaitu Allah, Yang Maha kuasa lagi maha
agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tak
memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi
orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang
tak bersikap selayaknya:
"Mereka
mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh
lalai." (QS 30:7)
Barangsiapa
memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tak melebihi ini, adalah
jahil dan rosak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk orang yang memahami
akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahawa segala
rahmat, kesenangan dan milikan yang kau punyai, berasal dari Allah Yang Maha kuasa
lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu melalui lidah
menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:
"Dan
apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)
"Dan
(Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)
"Dan
jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu
menghinggakannya." (QS 14:34)
Nah,
dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi kurnia selain Allah. Dan
bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi
perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali
makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk
dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah
kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, bererti kau menyimpang
dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang
diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Barangsiapa
tak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang zalim." (QS 5:45)
Dengan
begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tak
tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk
selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah, menjauhlah;
segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.
Tak
satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu memberikan mudharat,
manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyembuhkan
dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh ciptaan, baik
secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar
dan redhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.
Jika
rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan
kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan
dirimu dan akan penjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui
rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan
berganti dengan kurnia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu
terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelapnya malam dan datangnya
cerahnya siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi
dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka
kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah
yang terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan
iman."
Ambillah
pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha mulia
menghendaki, maka kau akan terbimbing.
Jika
kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan
bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar
kau bisa redha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan
akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan
ruhaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila
kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati mahupun anasir tubuh.
Bersyukurlah
lidah berupa pengakuan bahawa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari
menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat
sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana sampainya rahmat.
Pemberi dan pencipta sejati rahmat iaitu Allah, Yang Maha kuasa lagi maha
agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tak
memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi
orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang
tak bersikap selayaknya:
"Mereka
mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh
lalai." (QS 30:7)
Barangsiapa
memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tak melebihi ini, adalah
jahil dan rosak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk orang yang memahami
akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahawa segala
rahmat, kesenangan dan milikan yang kau punyai, berasal dari Allah Yang Maha
kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu melalui lidah
menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya:
"Dan
apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)
"Dan
(Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)
"Dan
jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu
menghinggakannya." (QS 14:34)
Nah,
dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi kurnia selain Allah. Dan
bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi perintah-perintah-Nya
guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali makhluk, sebab di situ
terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk dirimu sendiri,
keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah kepada Allah
sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, bererti kau menyimpang dari jalan
lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang diturunkan bagi
hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan para saleh. Allah
Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman:
"Barangsiapa
tak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang zalim." (QS 5:45)
Dengan
begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tak
tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk
selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah, menjauhlah;
segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.
Tak
satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu memberikan mudharat,
manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyembuhkan
dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh ciptaan, baik
secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar
dan redhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.
Jika
rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan
kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan
dirimu dan akan penjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui
rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan
berganti dengan kurnia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu
terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelapnya malam dan datangnya
cerahnya siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi
dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka
kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah
yang terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan
iman."
Ambillah
pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha mulia menghendaki,
maka kau akan terbimbing.
Awal
kehidupan ruhani berupa keterlepasan dari kedirian, keberadaan dalam arena
hukum, dan kembali kepada kedirian setelah mampu menjaga hukum. Lepaslah dari
kedirian, semisal makan, minum, berpakaian, menikah, tempat-tinggal, dan
kecenderungan-kecenderungan dan masuklah ke dalam hukum. Ikutilah Kitabullah
dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman:
"Ambillah
yang dibawa nabi kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya."
"Katakanlah:
jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu."
(QS.3:31)
Bila
telah terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik lahiriah mahupun batiniah,
maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada lahiriahmu
hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini kemudian menjadi sikap,
pakaian, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam perjalanan, di rumah,
dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala keadaan. Maka dibawalah kau
ke lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.
Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindung dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah berfirman:
Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindung dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah berfirman:
"Sesungguhnya,
telah Kami turunkan pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaga."
(QS.15:90)
"Demikianlah,
agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan kasih-Nya.
Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan kasih-Nya.
Setiap
mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya,
sebagaimana Nabi Suci bersabda:
"Sesungguhnya,
si mukmin itu waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang
kepadanya)."
"Seorang
mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah
segala yang tak menimbulkan keragu-raguan."
Seorang
mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, pakaian, perkahwinan dan
segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh
perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma'rifat, bila ia seorang
badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.
Lalu
datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang,
perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan dengan keadaan
sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan pemudahan, sedang pada
keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah
keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal yang
diperlukan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini, sang
mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala
kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Maha mulia berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian;
sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan redha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan redha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
Setiap
mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya,
sebagaimana Nabi Suci bersabda:
"Sesungguhnya,
si mukmin itu waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang
kepadanya)."
"Seorang
mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah
segala yang tak menimbulkan keragu-raguan."
Seorang
mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, pakaian, perkahwinan dan
segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh
perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma'rifat, bila ia seorang
badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.
Lalu
datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang,
perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan dengan keadaan
sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan pemudahan, sedang pada
keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah
keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal yang
diperlukan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini, sang
mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala
kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Maha mulia berfirman:
"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian;
sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)
Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan redha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan redha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
Sungguh
aneh, kenapa sering berkata, si fulan dekat kepada Allah, si fulan
teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin, si fulan
senantiasa sihat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si fulan
terpuji, si fulan tercela, si fulan terpercaya dan si fulan tak bisa dipercaya!
Tidakkah kau tahu, bahawa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan mencintai yang
hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya,
cintamu kepada-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya
melalui di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan orang lain dari
membantumu, dan lidah mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari mengunjungimu,
agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu sabda Nabi Suci
saw?
Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sedari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.
Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sedari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.
Melimpahlah
kurnia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di akhirat.
Janganlah
berburuk-laku: Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang memerhatikanmu,
cintailah yang mencintaimu, hulurkanlah tanganmu kepada yang menjagamu dari
kejatuhan, yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang menyelamatkanmu
dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang akan
melepaskanmu dari kebusukan iri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu, dari
penggalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.
Berapa
lama kau 'kan jijik dengan haiwanimu, ciptaan, ketakpatuhan, dunia, kehidupan
setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang
Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir,
tempat, kembali, yang milik-Nyalah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi
kurnia?
Kuberkata
dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri
sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan
kedirian!" Bertanyalah seorang di sampingku, "Pernyataan apakah
ini?" "Itulah suatu pengetahuan ruhani," jawabku.
Suatu
hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku
menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di
dalamnya tiada kematian."
Aku
ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan apakah
yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku
dari sesamaku, sehingga aku tak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan
kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan
duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam
kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam ini semua. Kehidupan
yang tak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku
tak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku
dengan-Nya.
Kerana
aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.
Kenapa
marah kepada Tuhan, kerana doa-doa belum diterima? Kau bilang bahawa tak boleh
meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi permohonanmu
kepada-Nya tak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau
berkata bahawa kau seorang bebas, bererti kau tidak beriman. Jika kau bilang
bahawa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda penerimaan doamu.
Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan,
dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkankah Dia? Jika kau
tak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan
doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang
terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, bererti kau tak beriman, sebab kau
menisbahkan kepada-Nya ketak-adilan, dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia
adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas
milik-Nya. Maka "Ketak-adilan" tak layak bagi-Nya. Sebab ketak-adilan
ialah keikut-campuran dalam milikan orang lain, tanpa seizin pemiliknya.
Nah,
jangan kesal terhadap-Nya, kerana kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tak
kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur,
bersabar, redha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketak-patuhan benak
dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib pula
bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang
baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian
dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.
Dan,
salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketak-patuhan terhadap-Nya,
hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketak-adilan kepada dirimu sendiri, hal ini
lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh
Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah:
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah:
"Adakah
Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?" (QS.4:147)
"Ini dikeranakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Ini dikeranakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)
"Sesungguhnya
Allah tak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri."
(QS.10:44)
Bacakanlah
bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi.
Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab
kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
Jangan
berkata: "Aku tak mahu memohon sesuatu kepada Allah, sebab bila yang
kumohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang kepadaku, entah diminta
atau tidak. Bila hal itu bukan bahagianku, Dia takkan memberikannya kepadaku,
walau kuminta." Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang kau inginkan,
asalkan yang kau minta itu tak terlarang dan tak merosak, sebab Allah telah
memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya. Dia berfirman:
"Mintalah
kepada-Ku, nescaya akan Kukabulkan permintaanmu." (QS.40:60)
"Mintalah Kepada-Nya kurnia-Nya." (QS.4:32)
"Mintalah Kepada-Nya kurnia-Nya." (QS.4:32)
Nabi
bersabda:
"Mintalah
kepada Allah dengan penuh keyakinan bahawa doamu diterima."
"Berdoalah
kepada Allah dengan kedua tapak tanganmu."
Masih
banyak sabda Nabi seperti ini. Jangan berkata: "Sesungguhnya aku telah
memohon kepada-Nya, tapi Ia tak mengabulkannya, maka kutakkan lagi memohon
sesuatu pun kepada-Nya." Berdoalah selalu kepada-Nya. Jika sesuatu telah
ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu, setelah kau minta.
Maka hal itu akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan menolongmu menjauh
dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari berpaling kepada-Nya dalam
segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahawa segala kebutuhanmu terpenuhi
oleh-Nya.
Jika
sesuatu tak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan membuatmu redha kepada-Nya,
meski kau miskin dan sakit, Dia membuatmu senang dengan kesulitan yang
menimpamu itu. Bila berhutang, Dia buat hati si pemberi hutang tersebut lembut
terhadapmu, hingga kau lunasi hutang itu. Bila permohonanmu tak dikabulkan di
dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.
Dia
takkan mengecewakan pendoa kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat. Nabi
bersabda bahawa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya, pada Hari
Pengadilan, amal-amal yang tak dilakukannya. "Tahukah kamu amal-amal
itu?" "Aku tak tahu," jawab si mukmin. Maka dikatakan kepadanya:
"Sesungguhnya, amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu di dunia,
sebab dalam berdoa kepada Allah Maha kuasa lagi Maha agung, kau senantiasa
mengingat-Nya, mengEsakan-Nya, menempatkan sesuatu pada tempatnya, berbuat
kebajikan kepada sesamamu, tak menisbahkan daya kepada diri sendiri dan tak
pongah. Semua ini menjadi amal-amal saleh, untuk itulah ada balasannya dari
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung
Bila
kau bertanya melawan dan berhasil mengatasi diri, maka Allah membangkitkannya
kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan, baik yang diharamkan
mahupun yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi diri, sampai pahala
tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna sabda Nabi saw:
"Kita
telah kembali dari jihad kecil, dan menuju jihad besar."
Ia berkata bahawa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah makna firman Allah:
Ia berkata bahawa kembali berupaya mengatasi diri senantiasa terjadi. Dan inilah makna firman Allah:
"Mengabdilah
kepada Tuhanmu, hingga kepastian (kematian) datang kepadamu." (QS.15:99)
Allah
telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini bertentangan
dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak oleh diri yang menginginkan sebaliknya,
hingga datang kepastian (kematian). Bila ditanya: "Bagaimana mungkin diri
Nabi menolak pengabdian, padahal ia tak punya kedirian?" Allah berfirman:
"Ia tak berbicara dengan kehendaknya sendiri, tapi dengan wahyu."
(QS.53:84)
Ia
mengalamatkan kepada nabi-Nya kata-kata ini, untuk mengukuhkan hal ini, dan
berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari Kiamat. Dia menganugerahi
nabi-Nya daya mengatasi diri, hingga hal ini tak merugikannya, tak pula
mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeza antara dia dan
pengikut-pengikutnya. Bila seorang mukmin teguh dalam upaya spiritual, hingga
datang kematian, dan menemui Tuhannya, dengan pedang terhunus berlumuran darah
kedirian, maka Ia memberinya Syurga yang dijaminkan-Nya baginya, dengan
firman-Nya:
"Bagi
yang takwa kepada Tuhannya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka
Syurgalah tempat tinggalnya." (QS.79:41)
Nah,
bila Dia telah memasukkannya ke dalam syurga, maka Ia menjadikan syurga itu
tempat tinggal, tempat beristirehat dan tempat kembalinya, yang membuatnya aman
dari pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa melimpahkan baginya, dari
hari ke hari dan dari jam ke jam, rezeki dan akan mengurniainya segala macam
pakaian dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia memperbaharui, di dalam dunia ini
setiap hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan melawan kedirian.
Sedang
orang kafir, orang munafik dan pendosa, bila mereka telah berhenti berjuang
melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian mengikuti, bersekutu dengan
setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran, kemusyrikan dan hal-hal seperti
itu sampai kematian datang kepada mereka, sebelum mereka menjalankan Islam dan
bertaubat, maka Allah memasukkan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi
orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya:
"Peliharalah
dirimu dari neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi
orang-orang kafir." (QS.2:24)
Setelah
Dia memasukkan mereka ke dalamnya dan menjadikannya tempat kembali dan tempat
berteduh mereka, maka neraka itu membakar kulit dan daging mereka, dan Ia
mengganti kulit dan daging mereka dengan yang baru, sesuai dengan firman-Nya:
"Setiap
kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit mereka dengan
kulit yang lain." (QS.4:56)
Ia,
Yang Maha kuasa lagi Maha agung, senantiasa memperlakukan mereka demikian,
disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan kedirian mereka sendiri, di dunia
ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghuni neraka senantiasa berganti kulit dan
daging, agar mereka tersiksa dan kesakitan. Sedang penghuni syurga senantiasa
dilimpahi rezeki, agar mereka senantiasa bersyukur. Hal ini dikeranakan
perjuangan mereka melawan kedirian mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan
kehendak Allah dalam kehidupan di dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam
sabda Nabi saw: "Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat."
Bila
Allah mengabulkan dia hamba-Nya dan memberinya yang dimintanya, maksud-Nya
sendiri, dengan demikian, tak terpatahkan dan telah diketahui-Nya sebelumnya.
Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan terjadi pada saat yang telah
ditentukan-Nya. Nah, diterimanya dia dan dipenuhinya kebutuhan, terjadi pada
saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan rencana-Nya sebelumnya pada awal
masa, dan yang bakal dipenuhi pada saat yang telah ditentukan. Inilah yang telah
dikatakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya:
"Setiap
saat, Dia dalam kesibukan." (QS.55:29)
Ini
bererti bahawa Allah mengurniakan pada saat-saat yang telah ditentukan. Dengan
demikian, Allah tak memberi seseorang sesuatu di dunia ini kerana semata-mata,
begitu pula Ia tak menjauhkan sesuatu darinya hanya kerana doanya, dan
dikatakan, Nabi saw bersabda bahawa takdir tak bisa dihindari kecuali dengan
doa tertentu. Juga tak seorang pun masuk syurga melalui kasih-sayang Allah, dan
hamba-hamba Allah akan diberi kedudukan di syurga sesuai dengan amal-amal
mereka. Aisyah r.a berkata bahawa ia bertanya kepada Nabi saw: "Akankah
seseorang masuk syurga hanya kerana amal-amalnya? Tidak, tetapi dengan
kasih-sayang Allah," jawab Nabi, sambil meletakkan tangannya di atas
kepalanya.
Ia
melakukan hal ini untuk menunjukkan bahawa tak seorang pun berhak menentang
Allah. Juga Ia tak wajib memenuhi janji. Tapi Ia berbuat sekehendak-Nya,
menyiksa yang dikehendaki-Nya, mengampuni yang dikehendaki-Nya, mengasihi yang
dikehendaki-Nya dan mengurniakan nikmat bagi yang dikehendaki-Nya, dan Ia Maha
kuasa atas segalanya. Ia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, sedang
hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya,
dengan kurnia dan kasih-Nya, dan menahan kurnia-kurnia-Nya dari yang
dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, kerana ciptaan, sejak dari arasy-Nya hingga
dasar bumi di lapisan ketujuh bawah langit ini, adalah milik-Nya dan
ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik mereka adalah Allah, dan
Allah berfirman:
"Adakah
pencipta selain-Nya?" (QS.35:3). "Adakah Tuhan selain Allah?"
(QS.27:63). "Dan tahukah kau, adakah yang menyamai-Nya?" (QS.29:65)
"Katakanlah: "Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala suatu." (QS.3:26)
"Katakanlah: "Ya Allah! Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala suatu." (QS.3:26)
Bagaimana
baik bagimu berbangga akan kebajikanmu, padahal kau mengatakan bahawa hal ini
berasal dari kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah, melalui pertolongan, daya,
kehendak dan kurnia-kurnia-Nya? Begitu pula dengan pencampakan dosa, hal ini
dikeranakan oleh perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Bagaimana kau bisa tak
bersyukur atas hal itu dan tak mengakui semua rahmat ini yang berasal dari-Nya?
Kenapa semangat ketakpatuhan dan ketakacuhan ini, iaitu perasaan banggamu akan
keberanian yang adalah milik orang lain? Bila kau tak dapat membunuh musuhmu tanpa
bantuan beberapa orang yang gagah-berani, yang menyerang musuhmu, sedang kau
hanya menimbrunginya, maka kau akan terbunuh bukannya musuhmu; juga kau takkan
bermurah bila tak ada yang patut diberi kemurahan - jika demikian, kenapa kau
bangga akan kebajikanmu?
Jalan
terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang penolong, senantiasa memuji-Nya,
dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya dalam segala keadaan
kehidupanmu. Jika tidak, hal itu akan menjadi keburukan dan dosa. Bila
demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dan dosa kepada dirimu sendiri.
Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku buruk dan
kesalahan untuk hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu adalah tempat
keburukan dan ia memerintahkan segala keburukan dan ketakbergunaan. Jika Dia,
Yang Maha perkasa lagi Maha agung, adalah pencipta kebajikan dan upayamu, maka
kau adalah pembuat upaya, sedang Dia adalah Penciptanya. Inilah yang
dimaksudkan oleh perkataan orang-orang yang memperolehi ma'rifah:
"Tindakan akan datang, sedang kau tak dapat mengelakkannya."
Nabi saw. bersabda:
Nabi saw. bersabda:
"Berbuat
baiklah, mendekatlah kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua
orang ada kemudahan."
Bagaimana
baik bagimu berbangga akan kebajikanmu, padahal kau mengatakan bahawa hal ini
berasal dari kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah, melalui pertolongan, daya,
kehendak dan kurnia-kurnia-Nya? Begitu pula dengan pencampakan dosa, hal ini
dikeranakan oleh perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Bagaimana kau bisa tak
bersyukur atas hal itu dan tak mengakui semua rahmat ini yang berasal dari-Nya?
Kenapa semangat ketakpatuhan dan ketakacuhan ini, iaitu perasaan banggamu akan
keberanian yang adalah milik orang lain? Bila kau tak dapat membunuh musuhmu
tanpa bantuan beberapa orang yang gagah-berani, yang menyerang musuhmu, sedang
kau hanya menimbrunginya, maka kau akan terbunuh bukannya musuhmu; juga kau
takkan bermurah bila tak ada yang patut diberi kemurahan - jika demikian,
kenapa kau bangga akan kebajikanmu?
Jalan
terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang penolong, senantiasa memuji-Nya,
dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya dalam segala keadaan
kehidupanmu. Jika tidak, hal itu akan menjadi keburukan dan dosa. Bila
demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dan dosa kepada dirimu sendiri.
Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku buruk dan
kesalahan untuk hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu adalah tempat
keburukan dan ia memerintahkan segala keburukan dan ketak-bergunaan. Jika Dia,
Yang Maha perkasa lagi Maha agung, adalah pencipta kebajikan dan upayamu, maka
kau adalah pembuat upaya, sedang Dia adalah Penciptanya. Inilah yang
dimaksudkan oleh perkataan orang-orang yang memperolehi ma'rifah:
"Tindakan akan datang, sedang kau tak dapat mengelakannya."
Nabi saw. bersabda:
Nabi saw. bersabda:
"Berbuat
baiklah, mendekatlah kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua
orang ada kemudahan."
Kau
tentu berada dalam salah satu dari kedua hal ini: pengupaya atau yang
diupayakan. Bila kau seorang pengupaya, maka kau terbebani dan penanggung beban
yang memikul segala yang sulit dan berat. Hal ini dikeranakan kau adalah
seorang pengupaya. Seorang pengupaya mesti bekerja keras dan disalahkan, hingga
ia memperolehi yang dikehendakinya. Tak patut bagimu mengelak dari
kesulitan-kesulitan yang merundungmu sampai deritamu sirna. Maka kau akan
diselamatkan dari segala macam suara, noda, kekejian, kehinaan, rasa sakit,
derita dan kertergantungan kepada orang. Maka kau akan dimasukkan ke dalam
kelompok orang yang dicintai Allah.
Namun,
bila kau adalah yang diupayakan, maka jangan salahkan Allah jika Dia menimpakan
musibah atasmu. Juga, jangan kau ragukan kedudukanmu di hadapan-Nya, sebab Dia
telah mengujimu agar kau meraih kedudukan tinggi. Dia hendak meningkatkan
kedudukanmu ke tingkat wali dan badal. Sukakah kau bila kedudukanmu berada di
bawah kedudukan mereka, atau bila pakaian kemuliaan, nur dan rahmatmu tak
seperti pakaian kemuliaan, nur dan rahmat mereka? Meski kau puas dengan
kedudukan rendahmu, tapi Allah SWT tak menyukainya. Dalam hal ini Dia
berfirman:
"Dan
Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui." (QS.2:232)
Dia
telah memilihkan untukmu sesuatu yang lebih tinggi, lebih cerah, lebih baik dan
lebih mulia, sedang kau menampiknya,
Jika
kau berkata: bagaimana benar pengabdi sempurna mesti diuji, sedang kau berkata
bahawa ujian dimaksudkan bagi sang pencinta, padahal pilihan Allah adalah orang
yang dicintai-Nya? Pertama kami sebutkan aturannya, kemudian pengecualian yang
mungkin. Tiada dua pendapat bahawa Nabi saw. adalah yang paling dicintai dan
yang paling banyak diuji. Nabi saw. bersabda:
"Aku
telah demikian takut kerana Allah, tiada seorang pun yang terancam sepertiku
dan aku telah demikian menderita kerana Allah, tiada seorang pun yang menderita
sepertiku. Telah datang padaku tiga puluh hari dan malam yang di dalamnya kami
tak punya makanan sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal."
"Sesungguhnya kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji; kemudian mereka yang kedudukannya lebih rendah dan seterusnya."
"Sesungguhnya kami, para nabi, adalah yang paling banyak diuji; kemudian mereka yang kedudukannya lebih rendah dan seterusnya."
"Aku
adalah yang paling tahu tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya di
antara kamu semua."
Nah,
bagaimana bisa sang tercinta diuji dan takut, padahal ia adalah orang pilihan
dan pengabdi sempurna? Hal ini dikeranakan Dia hendak membuat mereka meraih,
sebagaimana telah kami tunjukkan, kedudukan-kedudukan kehidupan syurgawi takkan
meningkat kecuali melalui amal-amal saleh di kehidupan duniawi ini. Kehidupan
duniawi merupakan tanah garapan kehidupan ukhrawi, dan amal-amal saleh para
Nabi dan wali, setelah menunaikan perintah-perintah dan menghindari
larangan-larangan, berada dalam kesabaran dan keredhaan di tengah-tengah
cubaan. Kemudian cubaan dijauhkan dari mereka dan mereka dianugerahi
rahmat-rahmat Allah, kurnia-Nya dan kasih-sayang-Nya sampai mereka menghadap
Tuhan mereka di akhirat yang abadi.
Ada
beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar. Ada yang terkesima,
ketika melihat aneka barang di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan
pencampakan mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu
mereka jika Allah tak memelihara mereka dengan kasih sayang, perlindungan dan
penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan
inilah mereka tetap selamat.
Ada yang, ketika melihat hal-hal ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada nalar agama mereka, mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan hal-hal itu. Mereka ini seperti perajurit-perajurit gagah berani di jalan agama yang ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah menganugerahi mereka kelimpahan pahala dan kehidupan ukhrawi.
Ada yang, ketika melihat hal-hal ini dan hampir terhancurkan, kembali kepada nalar agama mereka, mengendalikan diri dengan sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan hal-hal itu. Mereka ini seperti perajurit-perajurit gagah berani di jalan agama yang ditolong oleh Allah untuk mengendalikan diri. Allah menganugerahi mereka kelimpahan pahala dan kehidupan ukhrawi.
Nabi
saw. bersabda:
"Tujuh puluh tindak kebajikan dicatat untuk
seorang mukmin yang mencampakkan dorong hawa nafsunya ketika ia dikuasai
olehnya atau ia menguasainya"
"Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenimatan ini dan kurnia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah Swt atas hal-hal itu"
"Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenimatan ini dan kurnia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan bersyukur kepada Allah Swt atas hal-hal itu"
Namun
mereka tetap tak memerhatikan kenikmatan-kenikmatan ini: mereka buta terhadap
segala suatu selain Allah Swt; maka mereka tak melihat sesuatu pun selain-Nya
dan tuli terhadap sesuatu pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang semacam
ini memasuki pasar, mereka akan berkata: "Kami tak melihat sesuatu
pun". Ya mereka melihat hal-hal dengan mata mereka, bukan dengan mata
hati. Mereka melihat semua itu, tapi bukan dengan mata nafsu. Pandangan itu
adalah pandangan wujud, bukan pandangan hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah,
bukan pandangan ruhaniah. Mereka melihat secara lahiriah apa yang ada di pasar,
tapi hati mereka melihat Tuhan --kadang keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Ada
yang, ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh dengan kasih sayang
kepada orang di dalamnya kerana Allah Swt. Rasa kasih sayang ini membuat mereka
bertafakkur dalam melihat hal-hal milik orang-orang ini dan yang di hadapan
mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa, sejak masuk hingga keluar dari
pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari Allah serta menjadi perantara bagi
orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih sayang. Hati-hati mereka berupaya
menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka. Lidah-lidah mereka diberikan
senantiasa memuji Allah atas semua yang telah mereka berikan kepada mereka dari
rahmat dan kurnia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut pengawal-pengawal kota
dan abdi-abdi Allah. Bila kau mahu kau dapat menyebut mereka orang berilmu, badal, penyayang dan penahan yang
tersembunyi dan yang tampak, yang dicintai-Nya dan khalifah-Nya di bumi bagi
hamba-hamba-Nya, duta-Nya dan pelaksana kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini,
dapat dikatakan, sebagai batu filosof. Redha dan rahmat Allah ada pada
orang-orang semacam ini dan pada orang yang telah menghadapkan wajahnya kepada
Allah dan yang mencapai puncak singkapan ruhani.
Kadang
Allah memberitahu para wali-Nya,
tentang kesalahan-kesalahan dan kepalsuan orang, dan pernyataan-pernyataan
palsunya tentang tindakan, kata, fikiran dan tujuannya. Para waliullah dibuat amat cemburu akan
Tuhannya, Nabi-Nya dan agama-Nya. Kemarahan batiniah dan kemarahan lahiriah
terpacu oleh fikirannya. Bagaimana bisa senang, bila mempunyai penyakit dalam
dan luar. Bagaimana bisa beriman akan keEsaan Tuhan, bila berkencederungan
kesyirikan manusia dari-Nya dan bila masih berpihak kepada musuh, si setan yang
terkutuk, dan si munafik yang kelak dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal
untuk selamanya? Menyebut kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan
kejinya dan pengakuannya sebagai shiddiq,
keberasingannya dengan mereka yang telah meluruhkan diri ke dalam takdir,
terluncur dari lidah sang wali.
Kadang dikeranakan kecemburuan akan keagungan Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kadang kerana menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran baginya; kadang kerana Kemaha kuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan terhadap orang semacam itu, dan "bolehkah para wali mengumpat seseorang? Bisakah mereka memerhatikan seseorang, tak hadir atau hadir, dan hal-hal yang asing bagi orang-orang yang berkedudukan?" Pengutukan semacam itu, dari mereka, tak melebihi firman Allah:
Kadang dikeranakan kecemburuan akan keagungan Tuhan Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Kadang kerana menolak orang palsu seperti itu, dan sebagai teguran baginya; kadang kerana Kemaha kuasaan kehendak dan kemurkaannya terhadap orang palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan terhadap orang semacam itu, dan "bolehkah para wali mengumpat seseorang? Bisakah mereka memerhatikan seseorang, tak hadir atau hadir, dan hal-hal yang asing bagi orang-orang yang berkedudukan?" Pengutukan semacam itu, dari mereka, tak melebihi firman Allah:
"Dosa
keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya" (QS. 2:219)
Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan berupaya mendapatkan keabsahan-Nya, tak berkeberatan terhadap kehendak-Nya dan wali-Nya yang mencerca pernyataan-pernyataan si palsu. Jika ia bersikap demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang sebagai kembalinya dari kejahilian dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi jurang kehancuran, kerana kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki yang dikehendaki-Nya kepada jalan kebenaran
Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam itu, tunduk dan berupaya mendapatkan keabsahan-Nya, tak berkeberatan terhadap kehendak-Nya dan wali-Nya yang mencerca pernyataan-pernyataan si palsu. Jika ia bersikap demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan dipandang sebagai kembalinya dari kejahilian dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan atas nama sang wali, dan juga menguntungkan si pongah yang berada di tepi jurang kehancuran, kerana kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki yang dikehendaki-Nya kepada jalan kebenaran
Masalah
yang pertama yang patut diperhatikan oleh orang yang berakal ialah keadaan dan
suasana dirinya sendiri, setelah itu barulah ia melihat atau memerhatikan
seluruh makhluk dan ciptaan. Dari semua itu , dapatlah difahami dari mana
sumber semua itu dan siapa yang menciptakan semua itu. Sebab, makhluk itu tanda
Al-khaliq (yang mencipta), tanda yang menunjukkan kekuasaan Yang Maha Gagah dan
menunjukkan bahawa yang menciptakan itu tentu Maha Bijaksana. Adanya makhluk
menunjukkan adanya Al-Khalik, kerana keberadaan semua makhluk itu lantaran ada
yang menciptakannya. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam
ulasannya tentang firman Allah :
"Dan Dia jadikan untukmu segala yang di langit dan yang di bumi".
Diriwayatkan bahawa ulasan ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam setiap sesuatu itu tersirat satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan dalam setiap nama itu tersirat satu tanda untuk salah satu di antara nama-namaNya. Dengan demikian, pasti kamu ada dalam salah satu di antara nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya nampak melalui kuasa-Nya dan zahir-Nya nampak melalui kebijaksanan-Nya. Dia nampak di dalam sifat-sifat-Nya dan sifat-sifat-Nya terpelihara di dalam perbuatan-perbuatan-Nya . Dia menampakkan ilmu-Nya melalui iradat-Nya dan Dia menyatakan iradat-Nya didalam gerak-Nya. Dia menyembunyikan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya melalui iradat-Nya. Maka, Dia tersembunyi di dalam ghaib-Nya dan tampak di dalam kebijaksanaan dan kekuasaanNya.
Firman Allah :
"Dan Dia jadikan untukmu segala yang di langit dan yang di bumi".
Diriwayatkan bahawa ulasan ayat tersebut adalah sebagai berikut :
Dalam setiap sesuatu itu tersirat satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan dalam setiap nama itu tersirat satu tanda untuk salah satu di antara nama-namaNya. Dengan demikian, pasti kamu ada dalam salah satu di antara nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya nampak melalui kuasa-Nya dan zahir-Nya nampak melalui kebijaksanan-Nya. Dia nampak di dalam sifat-sifat-Nya dan sifat-sifat-Nya terpelihara di dalam perbuatan-perbuatan-Nya . Dia menampakkan ilmu-Nya melalui iradat-Nya dan Dia menyatakan iradat-Nya didalam gerak-Nya. Dia menyembunyikan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya melalui iradat-Nya. Maka, Dia tersembunyi di dalam ghaib-Nya dan tampak di dalam kebijaksanaan dan kekuasaanNya.
Firman Allah :
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS, 42:11)
Sesungguhnya
banyak rahsia-rahsia ilmu kerohanian di dalam kenyataan ini yang tidak
diketahui oleh orang-orang yang tidak memiliki sinar kerohanian di dalam hatinya.
Ibnu Abbas mendapatkan ilmu itu dikeranakan doa Nabi Muhammad saw, untuknya.
Nabi mendoakannya, " Ya Allah, berilah ia pengetahuan tentang agama dan
ajarlah ia pengertian tentang Al-Quran".
Semoga
kita mendapatkan limpahan kurniaNya dan dimasukkan ke dalam orang-orang yang
mendapatkan rahmatNya di hari kebangkitan kelak.
Bertakwalah
kepada Allah, taatilah Dia, milikilah kesucian hati, kendali diri, kebiasaan
memberikan hal-hal bermanfaat. Jauhkanlah penderitaan dan kemiskinan, jagalah
kesucian ruhaniwan, bergaullah dengan sesamamu, nasihatilah kaum muda dengan
kebaikan, jauhilah permusuhan dengan sahabat, jauhilah pula mereka yang salik,
dan bertolong-tolonganlah dalam hal-hal agamis dan duniawi. Hakikat kemiskinan
agamis berupa ketakbolehan menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada sesamanya.
Hakikat kekayaan agamis berupa ketakbutuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf
dicapai lewat kelaparan dan pematangan diri dari hal-hal yang disukai dan
dihalalkan. Jangan berpintar-diri di hadapan seorang darwis, sebab unjuk
pengetahuan membuatnya tak senang. Bersikap lembutlah terhadapnya, sebab
kelembutan membuatnya senang. Tasawuf didasarkan pada delapan hal:
1.
Kemurahan Nabi Ibrahim;
2.
Kepasrahan Nabi Ishak;
3.
Kesabaran Nabi Ya'kub;
4.
Doa Nabi Zakaria;
5.
Kemiskinan Nabi Yahya;
6.
Berpakaian Wool seperti Nabi Musa;
7.
Berlanglang Buana seperti Nabi Isa;
8.
Kesahajaan Nabi Muhammad saw.
Punyailah
kekayaan, harga diri, kemiskinan dan kerendah-hatian. Wajib bagimu berendah
hati dan bersungguh-sungguh terhadap Sang Pencipta. Jangan salahkan Dia, kerana
sarana duniawi. Jangan kau rosak hak saudaramu kerana kau dan dia adalah kawan.
Berkawanlah selalu dengan para darwis, dengan rendah hati, sikap baik dan
keterbukaan. Bunuhlah kedirian hingga tercapai kehidupan dalam ruhani. Yang
terdekat dengan Allah ialah yang paling besar hati dalam berperilaku. Amal
terbaik ialah menjaga diri dari selain-Nya. Nasihatilah selalu orang agar
berteguh pada kebenaran dan kesabaran. Cukuplah bagimu bergaul dengan para
darwis, dan mengabdi kepada para wali.
Darwis adalah orang yang acuh-tak-acuh terhadap selain Allah. Menyerang yang di bawahmu adalah pengecut. Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan, dan menyerang yang sejajar denganmu adalah tak baik. Menjalani kehidupan darwis dan sufi membutuhkan upaya serius. Semoga Allah mengurniai kita kekuatan. Duhai Wali! Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal ini membawa kebaikan dan juga kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa menghadapi segala ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.
Darwis adalah orang yang acuh-tak-acuh terhadap selain Allah. Menyerang yang di bawahmu adalah pengecut. Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan, dan menyerang yang sejajar denganmu adalah tak baik. Menjalani kehidupan darwis dan sufi membutuhkan upaya serius. Semoga Allah mengurniai kita kekuatan. Duhai Wali! Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal ini membawa kebaikan dan juga kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa menghadapi segala ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.
Ketahuilah
bahawa kau akan ditanya tentang gerak-gerimu. Selamatkanlah anasir tubuhmu dari
ketak-bergunaan. Wajiblah bagimu mentaati Allah, Rasul-Nya dan mereka yang
mesti ditaati. Fikirkanlah kaum Muslim, dan jangan berburuk niat kepada mereka,
entah entah dalam hati, ucapan atau tindakan.
Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Wajib bagimu makan segala yang dihalalkan, dan bertanyalah, tentang yang tak kau ketahui, kepada orang yang memiliki ma'rifat. Berbaiklah senantiasa terhadap Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bersamalah dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang dibutuhkan untuk bersama-Nya.
Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah kepada Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Wajib bagimu makan segala yang dihalalkan, dan bertanyalah, tentang yang tak kau ketahui, kepada orang yang memiliki ma'rifat. Berbaiklah senantiasa terhadap Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bersamalah dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang dibutuhkan untuk bersama-Nya.
Bersedekahlah
di kala pagi. Berdoalah di malam hari bagi Muslim yang meninggal. Ucapkanlah
tujuh kali di pagi hari dan petang hari. Allahumma
ajirna minan nar, yang maknanya, "Ya Allah! Lindungilah kami dari
api neraka." Berdoalah selalu: A'udzubillahi-is-sma'i-il-'alim
minasy-syaithan-ir-rajim, yang maknanya, "Aku berlindung kepada
Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari setan yang terkutuk."
Lalu
agungkanlah Dia dengan ayat-ayat terakhir Surah Hasyr:
"Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia,
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah yang Maha pemurah lagi Maha
penyayang. Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha suci,
Yang Maha sejahtera, yang mengurniakan keamanan, Yang Maha memelihara, Yang
Maha perkasa, Yang Maha kuasa, yang memiliki segala keagungan. Maha suci Allah
dari segala yang mereka persekutukan. Dialah Allah, Pencipta, Pewujud,
Pembentuk, Pemilik nama-nama terbaik. Bertasbihlah kepada-Nya segala yang di
langit dan di bumi. Dan Dialah yang Maha kuasa lagi Maha bijaksana."
Bersamalah
dengan Allah, seolah-olah tiada ciptaan. Bersamalah dengan ciptaan seolah-olah tiada
diri. Bila bersama Allah, Yang Maha kuasa lagi Maha agung, tanpa ciptaan, Dia
tercapai, dan jauh dari selain-Nya. Bila bersama ciptaan, tanpa diri, keadilan
tergapai, kebajikan terbantu, dan selamatlah dari kekerasan kehidupan.
Tinggalkanlah segala suatu di luar pintu, bila memasuki pintu uzlah. Maka terlihat oleh mata
batinmu temanmu dalam uzlah-mu,
terasakan hal di luar ciptaan, lenyaplah diri, dan digantikan oleh perintah-Nya
dan kedekatan-Nya. Maka ketak-tahuanmu menjadi ketahuanmu, kejauhanmu menjadi
kedekatanmu, kediamanmu menjadi pengingatanmu akan-Nya, dan kebuasanmu menjadi
kekaribanmu. Duhai! Tiada lagi tersisa di sana, selain Sang Pencipta dan
ciptaan. Maka jika Sang Pencipta telah dipilih, ucapkanlah:
"Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku,
kecuali Tuhan semesta alam." (QS.26:77)
Barangsiapa
telah merasakannya, ia telah mengetahuinya.
Ia
ditanya, "Bagaimana kepahitan mengatasi kemanisan?" "Mesti
berupaya menjauhkan kedirian. Duhai! Bila seorang mukmin berbuat kebajikan,
maka haiwaninya tunduk kepada hati. Bila diri mencapai kesedaran hati, maka
berubahlah hati menjadi suatu rahsia; rahsiapun berubah menjadi kemusnahan;
kemusnahan berubah menjadi kemaujudan lain," jawabnya. "Kawan bisa
mencapai lewat setiap pintu. Duhai! Peluruhan diri ialah mengingkari semua
ciptaan, merubah sifat menjadi sifat malaikat; lenyap dari sifat malaikat dan
kembali ke semula. Maka Tuhan menyiramimu sesuka-Nya, dan membajakmu
sesuka-Nya. Bila menghendaki peringkat ini, pilihlah Islam, dan tunduklah
kepada ketetapan-Nya, maka tergapailah ma'rifat, tersedarilah Ia, termaujudlah
diri di dalam-Nya, dan menjadilah diri milik-Nya. Kesalehan ialah karya satu
jam dan kebertarakan dua jam, sedang pengetahuan Allah adalah karya
abadi," lanjutnya.
Ada
sepuluh sifat pada salik,
pemawas-diri dan peraih tujuan ruhani.
1.
Tak
bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak. Sebab
bila hal ini termapankan, dan lidah terbiasa dengannya, maka hal ini membawanya
kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia mampu menghentikan bersumpah dengan
sengaja atau tidak. Nah, bila ia menjadi begini, Allah membukakan baginya pintu
nur-Nya. Hatinya tahu manfaat
ini, kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya terkuatkan. Maka,
dipujilah dan dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan sahabatnya,
sehingga yang tahu dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut kepadanya.
2.
Menghindar
dari berbicara tak benar, entah serius atau bercanda. Sebab bila ia melakukan
dan mengukuhkan hal ini pada dirinya sendiri, dan lidahnya terbiasa dengannya,
maka Allah membuka dengannya hatinya, dan menjernihkan dengannya
pengetahuannya, sehingga ia nampak tak tahu kepalsuan. Bila ia mendengarnya
dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan termalukan olehnya.
Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka baginya pahala.
3.
Menjaga
janji. Sungguh, hal ini demikian menguatkannya, sebab mengingkari janji
termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya
kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq
dan mulialah ia di hadapan Allah.
4.
Tak
mengutuk sesuatu makhluk pun, tak merosak sesuatu pun, meski sekecil atom pun,
dan bahkan yang lebih kecil darinya. Sebab hal ini termasuk tuntutan kebenaran
dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip ini, memperolehi husnul khatimah di bawah naungan-Nya,
Ia meninggikan kedudukannya, Ia melindunginya dari kehancuran, dan
mengurniainya kasih sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5.
Tak
mendoakan keburukan bagi seorang pun, meski ia telah dizalimi. Lidah dan
geraknya tak mendendam, tapi bersabar demi Allah. Hal ini membawanya kepada
kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia menjadi dicintai dan disayangi oleh
semua penerima kebenaran, baik dekat mahupun jauh.
6.
Tak
berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan mereka yang se-kiblat.
Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti Sunnah, dan amat jauh dari
mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat
dengan redha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari
Allah Yang Maha mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai
balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7.
Tak
melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah mahupun batiniah. Mencegah anasir
tubuhnya darinya, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa
balasan bagi hati dan anasir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah
menganugerahi kita daya untuk berlaku begini, dan menjauhkan kedirian (penting
diri) dari hati kita.
8.
Tak
membebani seorang pun, entah dengan beban ringan atau berat. Tapi, melepaskan
orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikan hamba-hamba
Allah dan para saleh mulia, dan memacu orang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh
bagi hamba-hamba Allah dan para saleh, dan baginya segenap makhluk nampak sama.
Maka Allah membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tak
meninggikan seorang pun, bila masih terikat kedirian. Bagi orang semacam ini,
semua makhluk memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahawa inilah pintu
kemuliaan bagi para mukmin dan para saleh, dan pintu terdekat kepada
keikhlasan.
9.
Bersih
dari segala harapan insan, dan tak merasa tergoda hatinya oleh milikan mereka.
Sungguh, inilah kemuliaan besar, ketakbutuhan sejati, kerajaan besar, pujian
agung, kepastian nan tegar kepasrahan sejati kepada-Nya. Inilah pintu segala
pintu kepasrahan kepada-Nya, yang memampukan orang meraih ketakwaan kepada-Nya,
dan pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
10.
Rendah
hati. Dengan ini, sang hamba termuliakan dan sempurna di hadapan Allah (Maha
agung Dia) dan insan. Inilah sifat penyempurna kepatuhan, dan dengannya sang
hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan inilah kesalehan nan
sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia
berkata, "Mungkin orang ini lebih baik dariku di hadapan Allah, dan lebih
tinggi kedudukannya." Mengenai orang kecil, sang hamba berkata,
"Orang ini tak menentang Allah, sedang aku menentang-Nya; sungguh ia lebih
baik dariku." Mengenai orang tua, sang hamba berkata, "Orang ini
telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku." Mengenai orang alim, sang hamba
berkata, "Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah
memperoleh yang tak kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia
bertindak dengan pengetahuan." Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata,
"Orang ini tak mematuhi-Nya kerana tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya
meski aku tahu, dan ku tak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya."
Mengenai orang kafir, sang hamba berkata, "Entahlah, mungkin ia akan
menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tak beriman."
Inilah
pintu kasih sayang dan ketakutan.
Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan. Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan. Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini; kebencian, kepongahan dan keberlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
Kala
sang wali menghadapi sakaratul maut, puteranya, Abdul Wahab berkata kepadanya,
"Apa yang mesti kulakukan sepeninggal ayah?" "Kamu mesti takut
kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada selain-Nya,
dan berpasrahlah hanya kepada-Nya," jawabnya.
Selanjutnya
ia berkata, "Aku adalah biji tak berkulit. Orang lain telah datang
kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka. Inilah manfaat nan
besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini. Atas mu kedamaian,
kasih dan rahmat Allah. Semoga Dia melindungiku dan kamu, dan mengasihiku dan
kamu. Ku mulai senantiasa dengan asma Allah."
Ia
terus berkata begini satu hari satu malam, "Celakalah kau, aku tak takut
sesuatu pun, baik malaikat mahupun malakul maut. Duhai malakul maut! Bukanlah
kau, tapi sahabatku yang bermurah kepadaku."
Lantas
pada malam kewafatannya, ia memekik keras, dan kata kedua puteranya,
Abdur-Razaq dan Musa, dia mengangkat dan merentangkan kedua tangannya lalu
berkata, "Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertaubatlah dan
ikutilah jalan ini. Kini aku datang kepadamu."
Dia
berkata, "Tunggu". Dan, meninggallah dia.
Antara
aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana antara langit dan bumi. Maka,
jangan memandangku sebagai mereka, jangan pula memandang mereka sebagai aku.
Bertanyalah
Abdul Aziz, puteranya, kepadanya tentang keadaannya. "Hendaknya jangan
bertanya kepadaku tentang sesuatu pun. Aku sedang mengalami perubahan
ma'rifat," jawabnya.
Selanjutnya
dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang penyakitnya. "Tak satu
insan pun, tak satu jin pun, tak satu malaikat pun tahu penyakitku. Pengetahuan-Nya
tak terhapus oleh perintah-Nya. Perintah berubah, sedang pengetahuan tak
berubah. Allah Maha berkehendak, dan oleh-Nya Kitab Suci mewujud.
"Dia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang ditanya." (QS.21:23)
Puteranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya, "Mana yang sakit?" "Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku," jawabnya.
"Dia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang ditanya." (QS.21:23)
Puteranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya, "Mana yang sakit?" "Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku," jawabnya.
Ia
berkata, "Aku mencari pertolongan Allah dengan, 'Tiada sesembahan selain
Dia, Maha agung, Maha mulia lagi Maha abadi Dia, dan Muhammad adalah
Rasul-Nya."
Puteranya, Musa, berkata bahawa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya tak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang-ulang kata Taazzaza ini, diperpanjangnya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan benar. Lalu ia berkata, "Allah, Allah, Allah," suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari jasadnya -redha Allah atasnya. Semoga Dia menganugerahi kita dan semua Muslim husnul khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi saleh. Amin! Amin! Amin!
Puteranya, Musa, berkata bahawa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya tak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang-ulang kata Taazzaza ini, diperpanjangnya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan benar. Lalu ia berkata, "Allah, Allah, Allah," suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari jasadnya -redha Allah atasnya. Semoga Dia menganugerahi kita dan semua Muslim husnul khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi saleh. Amin! Amin! Amin!