Siapa
yang menggantungkan hatinya kepada dunia, maka ia tak akan pernah dapat
mengecap kelezatan khlawah (berdua-duan) dengan Allah SWT.
Siapa
yang menautkan hatinya pada permainan dunia, maka ia tak pernah bisa merasakan
manisnya berdekatan dengan kalam Allah (al Qur’an).
Siapa
yang mendekatkan hatinya pada kekuasaan, maka ia tak akan pernah meraih
indahnya tawadhu’ di hadapan Allah.
Siapa
yang memiliki ketergantungan pada harta, maka ia tak bisa menggapai sejuknya
berderma di jalan Allah.
Siapa
yang membiarkan hatinya terseret tenggelam mengikuti arus syahwat, maka ia tak
pernah merasakan keindahan ma’rifatullah.
Siapa
yang membiarkan hatinya memiliki ketergantungan terhadap istri dan anak, maka
ia tak dapat meraih manisnya berjuang di jalan Allah.
Dan siapa yang menyuburkan angan-angan panjang di hatinya, maka ia tak akan
pernah merasakan kerinduan terhadap surga.
(Saudaraku….
Ternyata inilah jawabannya..
Mengapa kita tak
pernah khusyu’ dalam berkhalwat ketika kita shalat menghadap-Nya. Shalat yang
kita lakukan hanya sekadar gerakan fisik dan rutinitas zahir dari takbir, ruku’
dan sujud yang diakhiri dengan salam. Tanpa makna dan isi.
Mengapa al Qur’an
yang kita baca terasa hambar tak membekas di hati, jauh dari kata
tadabbur..bahkan bayangan sms, facebook dan teman-teman chatting lebih
menggugah hati. Pertandingan El Classico antara Real Madrid versus Barcelona
lebih menghibur dan dinanti.
Mengapa kita
beramal, mengharap ada orang yang menyaksikan dan mendengarkan amal baik kita,
lalu kita bangga jika manusia membicarakan kebaikan kita. Tampil di Televisi
dan menjadi berita utama di media massa menjadi buruan, agar kita semakin
dikenal public dan dielu-elukan masyarakat yang telah buta.
Mengapa hati kita
teramat berat merogoh kocek kita berinfaq di jalan-Nya walau hanya satu real
sehari. Tapi ratusan real saat belanja di supermarket dan mall-mall kesohor
justru menjadi kebanggaan tanpa ada rasa penyesalan.
Dan mengapa hati
kita begitu sulit menghadirkan perasaan selalu diawasi Allah (muraqabatullah).
Bahkan kita tertawa penuh kemenangan ketika mampu mencuri dosa dan maksiat
tanpa tertangkap kamera orang lain.
Dan mengapa kita
belum mampu menjadikan anak dan istri kita sebagai sumber inspirasi perjuangan
kita dalam hidup. Kita menjadi angin-anginan dalam berjuang. Saat ada maslahat,
kita berada di barisan terdepan. Namun bila maslahat menjauh, kita pun
menghilang dari ladang perjuangan.
Serta mengapa kita
belum mampu menghadirkan wajah bidadari bermata jeli di surga. Panggilan
Mardhiyah dari surga tak terdengar di telinga kita. Dan justru rintihan dan
panggilan manja Mardhiyah tetangga desa teramat jelas terdengar di telinga.
Saudaraku…
Hanya ada satu jalan untuk bangkit dari keterpurukan ini. Kita putus segala
ketergantungan itu. Dan memulai hidup baru dengan hanya bergantung kepada Allah
semata. Dzat Yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Benarlah kata orang bijak, “Ketergantungan itu membelenggu.”
Ya Rabb, kami
beristighfar dan bertaubat kepada-Mu. Ampuni kesalahan, kekuarangan dan
kekliruan yang pernah kami perbuat. Amien.
SEMOGA BERMANFAAT ....
Dan siapa yang menyuburkan angan-angan panjang di hatinya, maka ia tak akan pernah merasakan kerinduan terhadap surga.
Ternyata inilah jawabannya..
Hanya ada satu jalan untuk bangkit dari keterpurukan ini. Kita putus segala ketergantungan itu. Dan memulai hidup baru dengan hanya bergantung kepada Allah semata. Dzat Yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Benarlah kata orang bijak, “Ketergantungan itu membelenggu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar