Rabu, 26 September 2012

KETERGANTUNGAN



 

Siapa yang menggantungkan hatinya kepada dunia, maka ia tak akan pernah dapat mengecap kelezatan khlawah (berdua-duan) dengan Allah SWT.
Siapa yang menautkan hatinya pada permainan dunia, maka ia tak pernah bisa merasakan manisnya berdekatan dengan kalam Allah (al Qur’an).
Siapa yang mendekatkan hatinya pada kekuasaan, maka ia tak akan pernah meraih indahnya tawadhu’ di hadapan Allah.
Siapa yang memiliki ketergantungan pada harta, maka ia tak bisa menggapai sejuknya berderma di jalan Allah.
Siapa yang membiarkan hatinya terseret tenggelam mengikuti arus syahwat, maka ia tak pernah merasakan keindahan ma’rifatullah.
Siapa yang membiarkan hatinya memiliki ketergantungan terhadap istri dan anak, maka ia tak dapat meraih manisnya berjuang di jalan Allah.
Dan siapa yang menyuburkan angan-angan panjang di hatinya, maka ia tak akan pernah merasakan kerinduan terhadap surga.
(Saudaraku….
Ternyata inilah jawabannya..
Mengapa kita tak pernah khusyu’ dalam berkhalwat ketika kita shalat menghadap-Nya. Shalat yang kita lakukan hanya sekadar gerakan fisik dan rutinitas zahir dari takbir, ruku’ dan sujud yang diakhiri dengan salam. Tanpa makna dan isi.
Mengapa al Qur’an yang kita baca terasa hambar tak membekas di hati, jauh dari kata tadabbur..bahkan bayangan sms, facebook dan teman-teman chatting lebih menggugah hati. Pertandingan El Classico antara Real Madrid versus Barcelona lebih menghibur dan dinanti.
Mengapa kita beramal, mengharap ada orang yang menyaksikan dan mendengarkan amal baik kita, lalu kita bangga jika manusia membicarakan kebaikan kita. Tampil di Televisi dan menjadi berita utama di media massa menjadi buruan, agar kita semakin dikenal public dan dielu-elukan masyarakat yang telah buta.
Mengapa hati kita teramat berat merogoh kocek kita berinfaq di jalan-Nya walau hanya satu real sehari. Tapi ratusan real saat belanja di supermarket dan mall-mall kesohor justru menjadi kebanggaan tanpa ada rasa penyesalan.
Dan mengapa hati kita begitu sulit menghadirkan perasaan selalu diawasi Allah (muraqabatullah). Bahkan kita tertawa penuh kemenangan ketika mampu mencuri dosa dan maksiat tanpa tertangkap kamera orang lain.
Dan mengapa kita belum mampu menjadikan anak dan istri kita sebagai sumber inspirasi perjuangan kita dalam hidup. Kita menjadi angin-anginan dalam berjuang. Saat ada maslahat, kita berada di barisan terdepan. Namun bila maslahat menjauh, kita pun menghilang dari ladang perjuangan.
Serta mengapa kita belum mampu menghadirkan wajah bidadari bermata jeli di surga. Panggilan Mardhiyah dari surga tak terdengar di telinga kita. Dan justru rintihan dan panggilan manja Mardhiyah tetangga desa teramat jelas terdengar di telinga.
Saudaraku…
Hanya ada satu jalan untuk bangkit dari keterpurukan ini. Kita putus segala ketergantungan itu. Dan memulai hidup baru dengan hanya bergantung kepada Allah semata. Dzat Yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Benarlah kata orang bijak, “Ketergantungan itu membelenggu.”
Ya Rabb, kami beristighfar dan bertaubat kepada-Mu. Ampuni kesalahan, kekuarangan dan kekliruan yang pernah kami perbuat. Amien.

SEMOGA BERMANFAAT ....

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar