Rabu, 26 September 2012

Hidup, Bukan untuk Main-Main

Hidup, Bukan untuk Main-Main

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami." (QS al-Mukminun 115)
Ibrahim bin Adham termasuk keturunan orang terpandang. Ayahnya kaya, memiliki banyak pembantu, kendaraan dan kemewahan. Ia terbiasa menghabiskan waktunya untuk menghibur diri dan bersenang-senang. Ketika ia sedang berburu, tak sengaja beliau mendengar suara lantunan firman Allah Ta’ala,
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (QS al-Mukminun : 115)
Serasa disambar petir. Ayat itu betul-betul menyentak beliau. Menggugah kesadaran, betapa selama ini telah bermain-main dalam menjalani hidup. Padahal hidup adalah pertaruhan, yang kelak akan dibayar dengan kesengsaraan tak terperi, atau kebahagiaan tak tertandingi. Yakni saat di mana mereka dikembalikan kepada Allah untuk bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Sejak itulah beliau tersadar, dan itulah awal beliau meniti hidup secara semestinya, hingga saksi sejarah mencatat beliau sebagai ahli ibadah dan ahli ilmu yang ‘bukan main’.
Bila Hidup Dianggap Main-Main
Rasa-rasanya, ayat ini seperti belum pernah diperdengarkan di zaman kita ini. Meski tidak terkalamkan, lisaanul haal menjadi bukti, banyak manusia yang menganggap hidup ini hanya iseng dan main-main. Aktivitasnya hanya berkisar antara tidur, makan, cari makan dan selebihnya adalah mencari hiburan. Seakan untuk itulah mereka diciptakan.
Ayat ini menjadi peringatan telak bagi siapapun yang tidak serius menjalani misi hidup yang sesungguhnya. Kata ‘afahasibtum’, (maka apakah kamu mengira), ini berupa istifham inkari, kata tanya yang dimaksudkan sebagai sanggahan. Yakni, sangkaan kalian, bahwa Kami menciptakan kalian hanya untuk iseng, main-main atau kebetulan itu sama sekali tidak benar. Dan persangkaan kalian, bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami, adalah keliru.
Allah tidak akan membiarkan manusia melenggang begitu saja, bebas berbuat, menghabiskan jatah umur, lalu mati dan tidak kembali,
”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al-Qiyamah 36)
Orang yang tidak mengetahui tujuan ia diciptakan, tak memiliki pathokan yang jelas dalam meniti hidup. Tak ada panduan arah yang bisa dipertanggungjawabkan, hingga ia akan terseok dan tertatih di belantara kesesatan.
Hanya ada tiga ’guide’ yang mungkin akan mereka percaya untuk memandu jalan. Pertama adalah hawa nafsu. Dia berbuat dan berjalan sesuai petunjuk nafsu. Apa yang diingini nafsu, itulah yang dilakukan. Kemana arah nafsu, kesitu pula dia akan berjalan. Padahal, nafsu cenderung berjalan miring dan bengkok, betapa besar potensi ia terjungkal ke jurang kesesatan.
Pemandu jalan kedua adalah setan. Ketika seseorang tidak secara aktif mencari petunjuk sang Pencipta sebagai rambu-rambu jalan, maka setan menawarkan peta perjalanan. Ia pun dengan mudah menurut tanpa ada keraguan. Karena sekali lagi, dia tidak punya ’kompas’ yang bisa dipertanggungjawabkan dalam menentukan arah perjalanan. Sementara, peta yang disodorkan setan itu menggiring mereka menuju neraka yang menyala-nyala,
”Sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni naar yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)
Rambu-rambu ketiga adalah tradisi orang kebanyakan. Yang ia tahu, kebenaran itu adalah apa yang dilakukan banyak orang. Itulah kiblat dan barometer setiap tingkah laku dan perbuatan. Padahal,
”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. al-An’am: 116)
Misi Hidup yang Bukan Main
Allah menciptakan manusia untuk tugas yang sangat agung; agar mereka beribadah kepada-Nya. Untuk misi itu, masing-masing diberi tenggat waktu yang sangat terbatas di dunia. Kelak, mereka akan mempertanggungjawabkan segala perilakunya di dunia, adakah mereka gunakan kesempatan sesuai dengan misi yang diemban? Ataukah sebaliknya; lembar catatan amal dipenuhi dengan aktivitas yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang diperintahkan.
Di hari di mana mereka dinilai atas kinerja mereka di dunia, tak ada satu episode pun dari kehidupan manusia yang tersembunyi dari Allah. Bahkan semua tercatat dengan detil dan rinci, hingga manusiapun terperanjat dan keheranan, bagaimana ada catatan yang sedetil itu, mereka berkata,
”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).” (QS. al-Kahfi: 49)
Sebelum peluang terlewatkan, hendaknya kita bangun motivasi, untuk menjadikan hidup lebih berarti. Mudah-mudahan, fragmen singkat di bawah ini membantu kita untuk membangkitkan semangat itu.
Suatu kali Fudhail bin Iyadh bertanya kepada seseorang, “Berapakah umur Anda sekarang ini?” Orang itu menjawab, “60 tahun.” Fudhail berkata, “Kalau begitu, selama 60 tahun itu Anda telah berjalan menuju perjumpaan dengan Allah, dan tak lama lagi perjalanan Anda akan sampai.”
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un,” tukas orang itu.
Fudhail kembali bertanya, ”Tahukah Anda, apa makna kata-kata yang Anda ucapkan tadi? Barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah milik Allah, dan kepada-Nya pula akan kembali, maka hendaknya dia menyadari, bahwa dirinya kelak akan menghadap kepada-Nya. Dan barangsiapa menyadari dirinya akan menghadap Allah, hendaknya dia juga tahu bahwa pasti dia akan ditanya. Dimintai pertanggungjawaban atas tindakan yang telah dilakukannya. Maka barangsiapa mengetahui dirinya akan ditanya, hendaknya dia menyiapkan jawaban.”
Orang itu bertanya, ”Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sedangkan kesempatan telah terlewat?”
Fudhail menjawab, ”Hendaknya Anda berusaha memperbagus amal di umur yang masih tersisa, sekaligus memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan di masa lampau.”
Semoga kita mampu mengubah hidup kita, dari main-main, menjadi bukan main. Amien.

NASEHAT YANG MENYENTUH

NASEHAT YANG MENYENTUH

Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah mencukupkan  orang yang bertawakkal kepada -Nya:
قال الله تعالى: {وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق: 3]
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) -Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Al Thalaq: 3)
Dan barangsiapa yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla  maka dia akan benar dan diberikan petunjuk:
قال الله تعالى: {وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ} [غافر: 44]
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". (QS. Gafir: 44)
Dan barangsiapa yang menjaga diri dengan perlindungan Allah maka Dia pasti menjaga dan melindunginya:
قال الله تعالى: {فَاللّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ} [يوسف: 64]
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf: 64)
Dan barangsiapa yang berpegang teguh dengan kitab Allah Subhanahu wa ta’alla  dan sunnah Rasul -Nya maka dia akan mendapat petunjuk dan menjadikannya sebagai kekasih:
قال الله تعالى: {أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاء الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ} [النمل: 62]
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). (QS. Al Naml: 62)
Aku memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla  , memohon ampunan dan bertaubat kepada -Nya, dan barangsiapa yang datang kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla  untuk bertaubat kepada -Nya maka Dia akan menerima taubat hamba tersebut, dan barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu Allah Shubhanahu wa ta’alla  dengan penuh penyesalan maka hendaklah dia mendekat kepada -Nya:
قال الله تعالى: {مَّا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا} [النساء: 147]
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.  (QS. Al-Nisa’: 147)
Maha Suci Allah Shubhanahu wa ta’alla  yang selalu turun pada setiap malam ke langit dunia, Dia menyeru para hamba-Nya, bagi orang yang bertaubat maka Aku akan menganugerahkan taubat kepadanya, untuk orang yang memohon ampunan maka Aku akan mengampuni kesalahan-kesalahannya. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wa ta’alla  , Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, tiada yang berhak disembah selain Dia, dengan kesaksian yang aku simpan sampai diriku bertemu dengan -Nya:
قال الله تعالى: {مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ} [الأنعام: 160]
Barang siapa membawa amal  kebaikan maka baginya (pahala)sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (Al An’am: 160).
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, yang telah dipilih dan diistimewakan-Nya, maka beliau adalah orang yang paling baik dalam menyembah Allah Shubhanahu wa ta’alla  dan paling mengetahui jalan yang lurus. Beliau tidak pernah sekali-kali menyembah tuhan selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepadanya, kepada para keluarga dan para shahabat beliau, yaitu shalawat yang memenuhi seisi langit dan bumi.
Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia, aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku sendiri untuk selalu bertaqwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla , itulah wasiat yang paling agung, dan berpegang teguhlah dengan kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla  , Tuhan kalian dan sunnah Nabi kalian, sebab berpegang teguh pada keduanya adalah ikatan yang paling kuat:
قال الله تعالى: {لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 256]
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.. (Qs. Al Baqarah: 256)
قال الله تعالى: {وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. (QS. Ali Imron: 103)
قال الله تعالى: {وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 46]
“dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46)
Dan waspadalah terhadap perbuatan dosa, dan sungguh merugi orang yang berbuat kezaliman, dan janganlah dirimu terlalu berani terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla  Yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dengan meninggalkan segala perintah -Nya dan melanggar apa-apa yang dilarangnya baik dalam keadaan lupa atau sengaja, sehingga mengakibatkan diri kalian dilupakan  oleh Zat Penolong kalian, sebab Dia telah mendatangkan ayat-ayat -Nya kepada kalian sehingga kalian berhak dilupakan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla  dan kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan di dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى} [طه: 125- 127]
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal". (QS. Thaha: 125-127)
Wahai sekalian kaum muslimin. Hendaklah kalian menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar karena kalian hidup di zaman orang-orang yang menangguhkan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Dan jika kalian tidak melakukannya yaitu tidak menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar maka akan mengakibatkan kehancuran sebuah negeri yang sebelumnya makmur dan hal tersebut telah kalian ketahui, banyak kaum yang telah disiksa oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla  karena kezaliman dan jauhnya mereka dari -Nya:
قال الله تعالى: {وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّهُ وَلـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [النحل: 33]
Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri.  (QS. Al-Nahl: 33)
قال الله تعالى: {وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ} [القصص: 59]
Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al-Qososh: 59).
قال الله تعالى: {وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِن بَعْدِ نُوحٍ وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًَا بَصِيرًا} [الإسراء: 16، 17]
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba -Nya. (QS. Al-Isro’: 16-17).
Di antara dosa besar adalah meremehkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan Nabi Muhammad shallallau alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh hendaklah kalian menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar atau Allah Shubhanahu wa ta’alla  akan menguasakan kepada kalian penguasa yang zalim, tidak menghormati yang besar dan tidak menyayangi yang kecil, lalu orang terbaik di antara kalian berdo’a kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla  namun do’anya tidak diperkenankan, lalu kalian meminta pertolongan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla  namun kalian tidak diberikan pertolongan -Nya”.
Bagaimana Allah Subhanahu wa ta’alla  akan menolong mereka dan memperkenankan do’a mereka sebab Dia telah menegaskan makna ini di dalam kitab -Nya:
قال الله تعالى: {وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]
Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal: 25).
Di dalam sebuah hadits di dalam riwayat Abu Dawud  bahwa Nabi Muhammad shallallau alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya jika suatu masyarakat telah melihat orang yang berlaku zalim tapi mereka tidak mencegahnya maka Allah Shubhanahu wa ta’alla  akan menimpakan kepada mereka siksa kepada mereka semua”.
Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa perkara ini sangat berbahaya sedangkan umur manusia itu singkat, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla  yang Maha Melihat, serta Maha mengetahui perkara yang terang dan yang tersembunyi, maka barangsiapa yang menghendaki keselamatan pada hari pembalasan maka hendaklah dia menyimpan taubat yang sebenarnya, dan barangsiapa yang menghendaki keteguhan saat menghadapi kematian dan keselamatan setelah kematian maka hendaklah dia berbuat untuk kepentingan hari akheratnya. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ} [القصص: 83]
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Qososh: 83).
Barangsiapa yang selalu bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta’alla  maka sungguh dia telah  berpegang teguh dengan salah satu faktor yang menyebabkan kemaslahatan, dan barangsiapa yang dilalaikan oleh kepentingan dunia dari taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla  maka dia telah menghina agamanya, dan barangsiapa yang merasa aman dari siksa Allah Shubhanahu wa ta’alla  maka dia telah merugi dengan kerugian yang nyata. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦ أَفَأَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰٓ أَن يَأۡتِيَهُم بَأۡسُنَا بَيَٰتٗا وَهُمۡ نَآئِمُونَ ٩٧ أَوَ أَمِنَ أَهۡلُ ٱلۡقُرَىٰٓ أَن يَأۡتِيَهُم بَأۡسُنَا ضُحٗى وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ ٩٨ أَفَأَمِنُواْ مَكۡرَ ٱللَّهِۚ فَلَا يَأۡمَنُ مَكۡرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ} [الأعراف: 96- 99]
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu mata hari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah Subhanahu wa ta’alla  (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’rof: 96-99).
Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla  , takutlah kepada -Nya, dan perhatikanlah perintah dan larangan Allah Shubhanahu wa ta’alla  , serta ambillah pelajaran dari orang-orang yang telah berlalu dan ambillah ibrah dari perjalanan hidup mereka:
قال الله تعالى: {وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} [آل عمران: 132]
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”. (QS. Ali Imron: 132).
قال الله تعالى : {فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ} [لقمان: 33]
Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah Subhanahu wa ta’alla  (QS. Luqman: 33).
Sehingga kalian tidak termasuk golongan orang-orang yang telah difirmankan oleh Allah:
قال الله تعالى: {أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا} [الفرقان: 44]
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS. Al-Furqon: 44).
Atau termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’alla  di dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: {۞إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ ٢٢ وَلَوۡ عَلِمَ ٱللَّهُ فِيهِمۡ خَيۡرٗا لَّأَسۡمَعَهُمۡۖ وَلَوۡ أَسۡمَعَهُمۡ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ} [الأنفال: 22، 23]
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah Subhanahu wa ta’alla  ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun. Kalau kiranya Allah Subhanahu wa ta’alla  mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah Subhanahu wa ta’alla  menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah Subhanahu wa ta’alla  menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS. Al Anfal: 22-23).
Semoga Allah Subhanahu wa ta’alla  memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Subhanahu wa ta’alla  memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat –Nya Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa saya sampaikan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah Subhanahu wa ta’alla yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada -Nya dan bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah Kedua
قال الله تعالى: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ} [سبأ: 1]
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’alla  yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi -Nya (pula) segala puji di akhirat.. Dan Dia -lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Saba’: 1)
قال الله تعالى: {غَافِرِ الذَّنبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ} [غافر: 3]
Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; (QS. Gafir: 3)
Aku memuji Allah Subhanahu wa ta’alla Yang Maha Tinggi, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wa ta’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan -Nya, semoga Allah Subhanahu wa ta’alla mencurahkan shalawat dan salam serta keberkahan kepada beliau, kepada para keluarga, kepada para pengikut beliau hingga hari kiamat.
Amma Ba’du: Takutlah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla  dan ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan kita di dunia ini, dan memberikan nikmat kepada kita dalam kehidupan ini dengan nikmat yang besar, menurunkan bagi kita sebuah kitab yang agung yang penuh dengan berbagai perintah dan larangan, dan Dia memerintahkan kepada kita untuk beramal dengannya selama hidup di dunia ini, dan memberitahukan kepada kita bahwa seluruh makhluk ini akan berpindah menuju alam pembalasan:
قال الله تعالى: {كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. (QS. Ali Imron: 185).
Bahkan Allah Ta’ala telah memberitahukan bahwa Dia menciptakan hidup dan mati untuk menguji hamba –Nya, siapakah di antara mereka yang baik amalnya.
قال الله تعالى: {تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ} [الملك: 1، 2]
Maha Suci Allah Subhanahu wa ta’alla  Yang di tangan -Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 1-2).
Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla . Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat larangan dan perintah -Nya yang mengetuk pintu-pintu telinga manusia, dan seandainya larangan dan perintah tersebut diturunkan kepada gunung-gunung maka kalian akan melihat gunung tersebut tunduk dan luluh karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta’alla, padahal gunung tersbut kokoh, kuat dan perkasa. Al-Qur’an menceritakan tentang kedahsyatan hari akherat yang penuh dengan berbagai siksa yang pedih sehingga menyebabkan anak kecil beruban:
قال الله تعالى: {وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ} [الحج: 2]
“…dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”. (QS. Al-Haj: 2).
Telah datang kepada kita peringatan yang memperingatkan kita akan berlalunya hari-hari dan semakin berkurangnya umur, orang yang tertimpa kematian datang silih berganti siang dan malam.
Wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa ta’alla  , sudah pantas bagi orang yang berakal, yang menyadari dirinya diciptakan untuk sebuah hikmah yang tinggi, dan menyadari bahwa dirinya akan mati setelah kehidupan ini, dan dirinya tidak mengetahui di bumi manakah dia akan mati, saat kapankah dirinya  mati, manusia juga menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang akan menemaninya dan tidak ada yang memberikan manfaat apapun baginya saat dirinya telah berpindah dari alam yang fana ini menuju alam yang abadi kecuali apa yang telah dipersembahkannya selama hidup di dunia berupa kebaikan dan petunjuk.
Bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa ta’alla  dan taatilah Dia dalam apa yang diperintahkannya untuk bertaqwa kepada-Nya, taatilah Allah Subhanahu wa ta’alla  saat Dia memerintahkan kepada kalian untuk berlomba-lomba dalam menunaikan amal sholeh, arahkanlah diri kalian, konsistenlah dalam beramal shaleh, peringatkanlah pribadi-pribadi kalian dengan manfaat dan pengaruh positif amal shaleh. Peringatkanlah bahwa kematian itu akan diundur karena kalian berniat melakukan amal shaleh, sebab  bisa jadi saat berfikir bahwa kematian itu lebih dekat dari tali sandal atau urat lehernya.
Hanya ini yang bisa saya sampaikan, ucapkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Jangan Mudah Mengkafirkan Sesama Muslim

Jangan Mudah Mengkafirkan Sesama Muslim

Jangan lupa membagikan artikel ini setelah membacanya

Sesungguhnya ada 6 Rukun Iman (Allah, Malaikat, Kitab Suci, Nabi, Hari Akhir, dan Qadla serta Qadar) dan 5 Rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat Syahadah, Shalat 5 waktu, Puasa di bulan Ramadhan, Zakat, dan Haji jika mampu). Jika mengingkari salah satunya, misalnya tidak mau shalat, baru kita bisa mengatakan orang itu kafir. Atau mengaku ada Nabi setelah Nabi Muhammad.
Namun jika tidak, kita harus hati-hati dalam mengkafirkan seseorang. Karena dosanya besar. Jika yang dituduh tidak kafir, maka kitalah yang kafir.
Ada kelompok Khawarij yang begitu mudah mengkafirkan seorang Muslim bahkan menghalalkan darahnya untuk dibunuh. Mereka menganggap hanya kelompok mereka saja yang paling benar. Para ulama sepakat bahwa kelompok Khawarij ini sudah keluar dari Islam. Semoga kita tidak terjebak dalam kelompok ini.
"Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir."  [HR. Abu Dawud 2170]

Dari Abu Musa r.a., katanya: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, manakah kaum Muslimin itu yang lebih utama?” Beliau s.a.w. menjawab: “Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat daripada gangguan lisannya -yakni pembicaraannya- serta dari tangannya.” [HR. Bukhari 2003]
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari 6364]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (1409) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman (1410) dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al Hujuraat : 11]
(1409). Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
(1410). Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]
Dari ayat di atas, sering orang suka mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal kalau dia introspeksi, bisa jadi kesalahannya lebih banyak daripada orang yang dia cari.
Ash-Shahih (Shahih al-Bukhari), dari Tsabit bin adh-Dhahhak, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“… Dan melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya. Siapa saja yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya”. [HR Bukhari 6161]
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya “hai kafir”, maka ucapan itu akan mengenai salah seorang dari keduanya.” [HR Bukhari 5639]
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu. Dalam riwayat lain: Jika seperti apa yang dikatakan. Namun jika tidak, kekafiran itu kembali kepada dirinya sendiri”. [HR Muslim 92]
Dari Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim 93]
Janganlah kita mengkafirkan seorang Muslim hanya karena dia tidak mampu melaksanakan 100% dari perintah Allah dalam Al Qur’an. Itu bukan berarti dia kafir. Tapi karena memang manusia itu sifatnya lemah. Tempat salah dan lupa. Hanya Nabi yang mampu melaksanakan 100% perintah Allah. Hanya Nabi yang maksum/terlindung dari dosa. Kita semua niscaya tak lepas dari dosa. Jadi jangan seenaknya mengkafirkan sesama Muslim.